
RI News Portal. Atambua, 27 Juni 2025 — Upaya menjaga keberlanjutan lingkungan tidak semata menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan partisipasi aktif masyarakat sipil. Hal inilah yang secara konsisten diwujudkan oleh Komunitas Pecinta Alam Kabuna di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Setiap hari Sabtu, komunitas ini melaksanakan kegiatan penanaman anakan pohon dan pembersihan sungai, sebagai bentuk komitmen menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Sekretaris Komunitas Pecinta Alam Kabuna, Marianus Nai Kei, saat diwawancarai RRI Atambua pada Kamis (26/6/2025), memaparkan bahwa kegiatan mereka difokuskan di Desa Kabuna dan desa-desa sekitarnya. Pohon yang ditanam antara lain anakan jambu mete, yang dipilih bukan hanya karena memiliki nilai ekonomi, tetapi juga mampu meminimalkan risiko erosi dan mempertahankan struktur tanah di wilayah rawan longsor.
“Setiap Sabtu, kami menanam anakan pohon, salah satunya anakan jambu mete karena selain bernilai ekonomi tanaman ini juga bisa cegah erosi. Bibitnya kami kembangkan sendiri lewat proses penyemaian, mete ini efektif jaga struktur tanah,” ujar Marianus.

Selain program penghijauan, komunitas ini juga secara rutin melakukan pembersihan di Kali Talau — salah satu aliran sungai yang kerap dijadikan lokasi pembuangan sampah oleh warga. Fenomena tersebut mencerminkan rendahnya kesadaran sebagian masyarakat terhadap pengelolaan sampah berbasis lingkungan.
Marianus menegaskan, perjuangan mereka tidaklah mudah. Salah satu tantangan utama adalah minimnya fasilitas pendukung edukasi publik, misalnya papan peringatan larangan membuang sampah sembarangan. Ia menilai keberadaan media edukasi semacam itu penting agar masyarakat lebih disiplin menjaga kebersihan sungai.
“Kami kesulitan mendapatkan plang larangan buang sampah. Padahal itu sangat penting untuk mengingatkan masyarakat agar tidak lagi membuang sampah ke kali,” tegasnya.
Baca juga : DLH Sanggau Intensifkan Kerja Bakti di Ruang Publik: Upaya Berkelanjutan Menjaga Kebersihan Lingkungan
Meskipun menghadapi berbagai keterbatasan, komunitas ini tetap optimis. Marianus berharap semakin banyak anak muda di wilayah Belu yang terpanggil untuk turut serta dalam aksi nyata merawat lingkungan. Menurutnya, mencintai alam tidak boleh berhenti pada level wacana, tetapi harus diwujudkan melalui tindakan kolektif yang berkelanjutan.
“Kami ingin anak-anak muda juga punya semangat menjaga alam. Karena mencintai lingkungan bukan sekadar wacana, tapi butuh aksi nyata,” pungkasnya.
Secara akademis, aktivitas komunitas ini mencerminkan model environmental civic engagement di tingkat lokal. Inisiatif masyarakat dalam mengorganisasi penanaman pohon dan penanggulangan sampah dapat menjadi contoh praktik baik (best practices) dalam perspektif pembangunan berkelanjutan. Hal ini juga relevan dengan agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama poin 13 (penanganan perubahan iklim) dan poin 15 (kehidupan di darat). Dukungan kebijakan publik diharapkan hadir untuk memperkuat gerakan akar rumput seperti ini, agar memiliki daya jangkau yang lebih luas dan dampak yang lebih berkelanjutan bagi lingkungan Kabupaten Belu dan sekitarnya.
Pewarta : Vie
