
“Ketahanan pangan tidak cukup hanya dengan ketersediaan; aspek aksesibilitas, keberlanjutan ekosistem, dan nilai gizi harus menjadi prioritas. Pendekatan ADB yang mencakup aspek lingkungan menunjukkan pergeseran paradigma yang tepat.”
RI News Portal. Manila, 05 Mei 2025 – Asian Development Bank (ADB) mengumumkan perluasan dukungan keuangan sebesar US$26 miliar untuk memperkuat ketahanan pangan dan gizi di kawasan Asia-Pasifik pada periode 2022–2030. Tambahan pendanaan ini meningkatkan total investasi menjadi US$40 miliar, mencerminkan urgensi global dalam merespons krisis pangan yang diperparah oleh perubahan iklim. Artikel ini menganalisis dimensi kebijakan, ekonomi, dan lingkungan dari intervensi ADB serta potensi dampaknya terhadap pembangunan berkelanjutan.

Krisis ketahanan pangan di Asia-Pasifik telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dipicu oleh perubahan iklim, tekanan geopolitik, dan kerentanan rantai pasok global. Menanggapi hal ini, Asian Development Bank (ADB) menyatakan komitmen memperluas pendanaan ketahanan pangan sebesar US$26 miliar hingga tahun 2030, sebagaimana dilansir Xinhua pada 5 Mei 2025. Pendanaan ini melengkapi janji awal sebesar US$14 miliar pada 2022, dengan total akumulasi mencapai US$40 miliar (sekitar Rp657,3 triliun).
Program ADB difokuskan pada empat pilar utama: (1) peningkatan produksi pangan yang beragam dan bergizi, (2) penciptaan lapangan kerja, (3) pengurangan dampak lingkungan akibat produksi pertanian, serta (4) penguatan rantai pasok pangan yang tangguh. Intervensi ini tidak hanya berbentuk pembiayaan langsung kepada pemerintah, melainkan juga melalui investasi kepada sektor swasta, termasuk perusahaan agribisnis, logistik, dan teknologi pertanian.
Dalam kerangka Sustainable Development Goals (SDGs), dukungan ini secara langsung mendukung tujuan 2 (Zero Hunger), tujuan 13 (Climate Action), dan tujuan 8 (Decent Work and Economic Growth).
ADB mencatat bahwa kekeringan, banjir, dan suhu ekstrem yang semakin sering terjadi di kawasan ini telah memicu instabilitas pangan. Pada akhir 2024, sekitar US$11 miliar dari janji awal telah dialokasikan—menunjukkan percepatan realisasi anggaran dalam kerangka penanganan darurat. Tambahan US$18,5 miliar akan diberikan kepada pemerintah negara anggota, sedangkan sisanya, sekitar US$7,5 miliar, dialokasikan sebagai insentif untuk mendorong inovasi sektor swasta.
Pendekatan ini sejalan dengan literatur pembangunan ekonomi yang menekankan pentingnya kombinasi kebijakan publik dan peran pasar dalam mengatasi kegagalan struktural sektor pertanian (Todaro & Smith, 2020).
Selain aspek ekonomi, ADB menekankan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk menyeimbangkan produktivitas pangan dengan pelestarian lingkungan. Transformasi sistem pangan yang berkelanjutan menjadi penting mengingat keterbatasan lahan dan degradasi sumber daya alam yang terus memburuk. Dukungan ini diharapkan dapat memperluas akses teknologi ramah lingkungan dan praktik pertanian regeneratif kepada petani kecil.
Presiden ADB, Masato Kanda, menekankan bahwa intervensi ini dirancang untuk “mengurangi kelaparan, memperbaiki pola makan, dan melindungi lingkungan sambil menciptakan peluang ekonomi.”
Langkah ADB memperluas komitmen pendanaan ketahanan pangan mencerminkan strategi adaptif terhadap tantangan sistemik yang kompleks. Namun, efektivitas program ini sangat bergantung pada tata kelola nasional masing-masing negara, transparansi penyaluran bantuan, serta integrasi dengan kebijakan iklim dan ketenagakerjaan. Pemerintah negara-negara penerima disarankan untuk memperkuat koordinasi lintas sektor dan membangun sistem monitoring evaluasi berbasis data yang responsif terhadap dinamika lokal.
Pewarta : Setiawan S.Th

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal