
RI News Portal. Wonogiri – Upaya mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas di perlintasan kereta api tanpa palang pintu kembali menjadi perhatian serius Polres Wonogiri. Melalui Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas), aparat bersama warga Desa Gemantar, Kecamatan Selogiri, melakukan pemasangan polisi tidur dan speed bump di tiga titik rawan pada Minggu (24/8/2025).
Kasat Lantas Polres Wonogiri, AKP Subroto, S.H., M.H., menyampaikan bahwa langkah sederhana namun strategis ini merupakan bentuk sinergi antara aparat dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan transportasi yang lebih aman.
“Pemasangan polisi tidur ini merupakan hasil kerja sama antara kepolisian dan masyarakat. Tujuannya agar para pengguna jalan lebih berhati-hati, sehingga potensi kecelakaan di perlintasan tanpa palang pintu bisa ditekan,” jelasnya.

Fenomena perlintasan kereta api tanpa palang pintu bukan hanya masalah teknis infrastruktur, melainkan juga menyangkut aspek sosial, kultural, dan disiplin berlalu lintas. Jalur kereta api di Desa Gemantar termasuk salah satu akses vital yang ramai dilintasi kendaraan bermotor. Tanpa adanya sarana pengendali kecepatan, risiko kecelakaan dapat meningkat, khususnya di jam-jam sibuk.
Pemasangan speed bump dan polisi tidur menjadi salah satu bentuk intervensi berbasis komunitas (community-based safety intervention). Meski sederhana, metode ini mampu mendorong perilaku disiplin pengguna jalan, sekaligus menjadi pengingat bahwa perlintasan kereta api adalah ruang berbahaya yang membutuhkan kewaspadaan penuh.
Warga menyambut baik inisiatif tersebut. Bagi mereka, kehadiran polisi tidur tidak sekadar membatasi laju kendaraan, tetapi juga memberikan rasa aman kolektif. Keterlibatan warga dalam proses pemasangan menunjukkan pentingnya partisipasi publik dalam membangun budaya keselamatan.
Baca juga : KAMPUD Gelar Penyuluhan Publik: Meneguhkan Peran Masyarakat Menuju Indonesia Emas 2045
Polres Wonogiri melalui Sat Lantas juga menekankan bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama. Pengguna jalan diminta untuk selalu menghentikan kendaraan sejenak, menengok ke kanan dan kiri, serta memastikan jalur benar-benar aman sebelum melintas.
“Utamakan keselamatan, berhenti sejenak, tengok kanan-kiri sebelum melintas,” tegas AKP Subroto.
Dari sudut pandang akademik, langkah ini bisa dipandang sebagai best practice dalam manajemen risiko transportasi di daerah dengan keterbatasan infrastruktur. Upaya pengendalian berbasis komunitas, ditopang oleh kolaborasi aparat kepolisian, mencerminkan pendekatan bottom-up dalam menciptakan keselamatan publik.
Dalam jangka panjang, strategi ini perlu dilengkapi dengan intervensi lain, seperti peningkatan rambu peringatan, pencahayaan malam, hingga upaya advokasi pembangunan palang pintu resmi oleh pihak berwenang. Dengan demikian, pencegahan kecelakaan tidak hanya bergantung pada intervensi darurat, tetapi juga pada pembangunan sistem transportasi yang lebih berkelanjutan.
Pewarta : Nandang Bramantyo
