RI News Portal. Jakarta, 8 November 2025 – Dalam operasi gabungan yang menunjukkan tingkat koordinasi tinggi antarlembaga penegak hukum, Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia bersama Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) berhasil menyita 89,16 kilogram sabu-sabu serta tujuh senjata api dalam penggerebekan di Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11). Temuan ini tidak hanya mengungkap volume perdagangan narkotika yang signifikan, tetapi juga indikasi keterkaitan dengan jaringan bersenjata, yang menambah dimensi ancaman terhadap stabilitas sosial di wilayah urban padat penduduk.
Operasi ini dipimpin langsung oleh Kepala BNN RI, Komisaris Jenderal Polisi Suyudi Ario Seto, dengan melibatkan sekitar 700 personel dari berbagai satuan, termasuk Polda Metro Jaya, Satuan Brigade Mobil (Brimob), dan Polres Jakarta Utara. Menurut analisis awal, penggerebekan merupakan kelanjutan dari aksi serupa pada Rabu (5/11), yang menargetkan rumah kos di Jalan Samudera 4 dan Jalan Bak Air 2 sebagai basis operasional sindikat. “Keberhasilan ini mencerminkan soliditas institusional yang esensial dalam menghadapi ancaman transnasional narkoba,” ungkap Komjen Pol. Suyudi dalam pernyataan resmi yang dikonfirmasi pada Sabtu (8/11).

Dari perspektif kriminologi, penyitaan barang bukti mencakup spektrum luas yang mengindikasikan operasi sindikat terstruktur: selain 89,16 kg sabu, ditemukan 91,53 gram ganja, 159 butir ekstasi, uang tunai Rp1,47 miliar, serta uang palsu Rp5,5 juta. Aspek militeristik terlihat dari pengamanan tujuh senjata api, dua senapan angin, enam airsoft gun, 21 senjata tajam, satu busur panah beserta delapan anak panah, serta lima batang emas masing-masing 100 gram, disertai perhiasan emas dan tiga unit sepeda motor bermerek premium. Sembilan tersangka dengan inisial Sa, Ab, Yu, He, Fa, Yo, Su, SH, dan RN diamankan untuk pengembangan lebih lanjut, dengan fokus pada penelusuran bandar utama.
Studi kasus ini menyoroti evolusi taktik pemberantasan narkoba di Indonesia, di mana pendekatan parsial digantikan oleh model sinergis. Komjen Pol. Suyudi menekankan bahwa “pemberantasan narkoba memerlukan kolaborasi holistik antara aparat dan masyarakat, bukan sekadar penindakan sporadis.” Dalam kerangka strategi nasional War on Drugs for Humanity, operasi semacam ini menjadi prototipe untuk integrasi intelijen, operasional lapangan, dan partisipasi publik guna mencapai visi Indonesia Bersinar (Bersih Narkoba).
Baca juga : Sumatera Utara Perkuat Jaringan Lintas Sektor untuk Cegah Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
Implikasi akademis dari kasus ini meliputi beberapa poin kunci. Pertama, volume sabu yang disita—setara dengan potensi distribusi ke ribuan pengguna—menggarisbawahi Kampung Bahari sebagai node kritis dalam rantai pasok narkotika dari wilayah produksi Asia Tenggara. Kedua, keberadaan senjata api dan aset mewah menandakan hibridisasi antara perdagangan narkoba dan kejahatan terorganisir, yang dapat memicu eskalasi kekerasan urban. Ketiga, keberhasilan operasi ini validasi empiris terhadap teori collective efficacy dalam pencegahan kejahatan, di mana keterlibatan masyarakat melalui saluran informasi seperti pusat telepon 184 atau WhatsApp 081221675675 menjadi katalisator intelijen.
Secara lebih luas, kasus ini berkontribusi pada diskursus kebijakan publik mengenai alokasi sumber daya penegak hukum. Dengan anggaran BNN yang terus meningkat untuk teknologi pengawasan dan pelatihan interdiksi, operasi gabungan seperti ini dapat direplikasi di hotspot lain seperti Aceh atau Papua, di mana infiltrasi jaringan internasional semakin kompleks. Namun, tantangan tetap ada: pengembangan kasus hingga bandar besar memerlukan perlindungan saksi dan kerjasama lintas batas, mengingat sabu sering berasal dari laboratorium clandestine di Myanmar atau Malaysia.

BNN mengimbau masyarakat untuk proaktif melaporkan aktivitas mencurigakan, sebagai bagian dari paradigma pemberantasan berbasis komunitas. “Setiap laporan adalah investasi bagi generasi mendatang,” tambah Komjen Pol. Suyudi. Penelitian lanjutan di bidang ini diharapkan dapat mengukur dampak jangka panjang operasi terhadap indeks prevalensi narkoba nasional, sebagaimana data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan bertahap sejak 2020.
Kasus Kampung Bahari ini bukan sekadar pencapaian operasional, melainkan benchmark untuk reformasi sistemik dalam perang melawan narkotika, menegaskan bahwa keberhasilan bergantung pada sinergi terukur dan komitmen kolektif.
Pewarta : Yudha Purnama

