
“Kesepakatan pengurangan tarif antara AS dan China ini merupakan sinyal penting bahwa kedua negara mulai menyadari bahwa ketegangan dagang justru memperburuk stabilitas global. Dalam jangka pendek, langkah ini dapat meredakan ketidakpastian di pasar. Namun, dalam jangka panjang, komitmen implementatif dari kedua belah pihak akan menjadi kunci. Tanpa itu, kesepakatan ini bisa jadi hanya bersifat kosmetik.”
RI News Portal. Jenewa, Swiss 13 Mei 2025 — Sebuah kabar gembira datang dari hasil perundingan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang berlangsung akhir pekan lalu di Jenewa, Swiss. Dalam pertemuan ini, kedua negara sepakat untuk melakukan “gencatan senjata” dalam hal tarif, yang disambut dengan antusiasme oleh banyak pihak, termasuk para pelaku bisnis internasional. Salah satu yang merasa lega adalah Tat Kei, seorang pengusaha asal China yang memiliki pabrik di Shenzhen. Sebagai pemilik bisnis manufaktur peralatan perawatan pribadi yang diekspor ke AS, Tat Kei menyatakan kebahagiaannya atas kesepakatan ini. “Saya senang kewarasan telah kembali,” ujarnya kepada media BBC.
Kesepakatan ini memuat pengurangan tarif yang signifikan antara kedua negara adidaya tersebut. AS akan menurunkan tarif impor produk China dari 145 persen menjadi 30 persen, sementara China juga akan mengurangi tarif barang AS dari 125 persen menjadi 10 persen. Rencananya, kebijakan ini akan diberlakukan selama 90 hari ke depan. Pengurangan tarif ini merupakan langkah yang sangat penting mengingat dampak dari perang tarif yang telah mengganggu rantai pasokan dan memicu ketidakstabilan ekonomi global.

Delegasi AS yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer, serta delegasi China yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, berhasil mencapai kesepakatan yang diharapkan akan meredakan ketegangan perdagangan antara kedua negara. Menkeu AS Bessent menegaskan bahwa tidak ada pihak yang menginginkan pemisahan hubungan perdagangan antara AS dan China. Ia mengakui bahwa tarif yang sangat tinggi setara dengan embargo, namun menegaskan pentingnya perdagangan yang lebih seimbang.
Kementerian Perdagangan China juga memberikan pernyataan yang serupa, dengan mengatakan bahwa inisiatif pengurangan tarif ini sejalan dengan harapan produsen dan konsumen di kedua negara. Selain itu, kesepakatan ini dinilai akan memberi manfaat bagi ekonomi global secara keseluruhan.
Meski demikian, sebelum kesepakatan ini tercapai, kedua negara sempat melontarkan retorika yang tajam. Wakil Menteri Luar Negeri China, Miao Miao Deyu, menyatakan bahwa AS menggunakan tarif sebagai “senjata untuk memberikan tekanan maksimum” demi kepentingan sendiri, yang dianggap mencerminkan sikap proteksionis dan unilateral. Namun, dengan tercapainya kesepakatan ini, diharapkan ketegangan antara AS dan China akan mereda.
Pernyataan positif juga datang dari pasar keuangan internasional. Pasar saham global mengalami kenaikan, menandakan bahwa kesepakatan ini dianggap sebagai kejutan positif yang dapat meredakan kecemasan akan stagnasi ekonomi global. Banyak pengusaha, seperti Tat Kei, yang selama ini merasakan dampak negatif dari kebijakan tarif tinggi, kini bisa berharap bahwa perdagangan yang lebih adil akan membawa dampak positif bagi bisnis mereka.
Pengurangan tarif ini juga diharapkan akan mengurangi tekanan inflasi akibat barang impor, memberikan lebih banyak ruang bagi bank sentral di Asia untuk merumuskan kebijakan yang tepat guna memperkuat ekonomi domestik. Negara-negara Asia, seperti India, Filipina, dan Indonesia, kini memiliki lebih banyak fleksibilitas untuk fokus pada penguatan kondisi domestik daripada berusaha melawan risiko eksternal.

Namun, kesepakatan ini masih bersifat sementara dan akan berlaku selama 90 hari. Mengingat adanya ketidakpastian politik, terutama terkait dengan kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang kerap kali tidak dapat diprediksi, kesepakatan ini masih harus dipantau lebih lanjut. Meskipun demikian, hasil perundingan di Jenewa mengirimkan sinyal bahwa ada harapan bagi terciptanya perdagangan yang lebih adil dan multilateral di masa depan.
Secara simbolis, perundingan ini juga diselenggarakan di Jenewa, markas Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), yang mengindikasikan bahwa dialog multilateral dapat menjadi jalan terbaik dalam menyelesaikan perselisihan perdagangan, menghindari proteksionisme, dan memperkuat sistem perdagangan global yang adil dan berkelanjutan.
Kembali kepada Tat Kei, pengusaha yang menyambut positif kesepakatan ini, ia menyatakan bahwa pengurangan tarif tersebut memberikan harapan baru bagi pelaku bisnis yang selama ini terhambat oleh ketegangan perdagangan antara kedua negara besar ini. Semoga hasil perundingan ini akan membuka jalan bagi normalisasi perdagangan global yang lebih stabil di masa depan.
Pewarta : Setiawan S.Th

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal