
RI News Portal. Lampung Timur, 14 Juni 2025 — Sebuah momentum penting dalam sektor agrikultur berkelanjutan Indonesia tercipta di Desa Sribhawono, Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur. Perwakilan dari 18 negara penghasil kakao berkunjung untuk mempelajari sistem budidaya kakao berbasis agroforestri yang diterapkan oleh para petani lokal. Agenda ini merupakan bagian dari kolaborasi internasional yang bertujuan memperkuat ketahanan pangan global melalui pertanian berkelanjutan.
Perwakilan negara yang hadir berasal dari Argentina, Bolivia, Brasil, Ekuador, Ghana, Guatemala, Honduras, Kolombia, Malaysia, Meksiko, Nigeria, Pantai Gading, Papua Nugini, Paraguay, Peru, Republik Dominika, St. Lucia, dan Thailand. Masing-masing negara mengirimkan dua orang peserta untuk mengikuti observasi dan diskusi lapangan.
Menurut Imam Suharto, perwakilan dari PT Olam Indonesia, sistem budidaya yang dikembangkan para petani kakao di Lampung Timur telah menggunakan pendekatan agroforestri, yakni teknik pertanian yang mengombinasikan tanaman utama kakao dengan tanaman pelindung seperti kelapa, cengkeh, dan pala dalam satu lahan. Metode ini tidak hanya memperkaya hasil panen, namun juga mendukung konservasi lahan dan peningkatan pendapatan petani.

“Petani mendapatkan hasil tidak hanya dari kakao, tetapi juga dari tanaman sampingan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ini merupakan diversifikasi yang efektif untuk ketahanan ekonomi petani,” ujar Imam. Sistem tersebut dinilai sejalan dengan prinsip pembangunan pertanian berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan iklim.
Lebih dari 3.000 petani kakao di Lampung Timur telah mengantongi sertifikasi Rainforest Alliance (RA) dan terverifikasi melalui AtSource, platform pelacakan rantai pasok internasional. Kedua sertifikasi ini menjadi bukti bahwa produk kakao lokal memenuhi standar keberlanjutan dan kualitas global.
PT Olam Indonesia, sebagai mitra petani lokal, berharap kunjungan multinasional ini membuka peluang ekspansi pasar global bagi kakao Lampung Timur. “Kami ingin ada peningkatan akses pasar setelah kunjungan ini,” tambah Imam, seraya menekankan pentingnya kolaborasi antara swasta, petani, dan pemerintah daerah.
Bupati Lampung Timur, Ela Siti Nuryamah, menyambut baik kunjungan ini sebagai validasi atas potensi daerah. Dengan luas lahan kakao mencapai 9.547 hektare, di mana 8.320 hektare sudah produktif, Lampung Timur memang layak menjadi destinasi studi dan investasi sektor kakao.
“Kami bangga kakao menjadi komoditas unggulan setelah padi dan jagung. Sistem agroforestri adalah inovasi yang memberi harapan baru,” ungkap Bupati Ela. Ia turut mencontohkan kebun milik petani Subur yang menunjukkan hasil panen kakao lebat meski pohonnya masih berumur tiga tahun. Hal ini menegaskan bahwa pendekatan pertanian terpadu dapat diandalkan untuk meningkatkan produktivitas.
Para petani kakao yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kakao Lampung Timur turut mengapresiasi perhatian internasional ini. Japung, salah satu petani senior, mengingat masa kejayaan kakao sebelum tahun 2000 dan bagaimana sektor ini terpuruk akibat serangan hama dan lemahnya dukungan teknologi.
Baca juga : Program CSR BPRS Lampung Timur Wujudkan Hunian Layak bagi Warga Miskin di Kecamatan Jabung
Namun, titik balik terjadi sejak 2015 berkat pendampingan dari sejumlah LSM dan perusahaan agrikultur. “Kami dilatih menyambung bibit, mengelola hama, dan memilih varietas unggul,” jelas Japung. Kini, varietas MCC 01 menjadi andalan, ditambah pendekatan pertanian organik berbasis limbah ternak yang menekan biaya dan menjaga kualitas tanah.
Produktivitas saat ini mencapai rata-rata satu ton per hektare, dengan harga jual mencapai Rp91.000/kg untuk biji kakao berkadar air rendah. “Kami ingin kakao Lampung Timur kembali berjaya, tapi kali ini dengan cara yang cerdas dan berkelanjutan,” ujarnya.
Kunjungan ini tidak hanya membuka jendela promosi produk kakao Indonesia, tetapi juga menjadi ajang diplomasi pertanian yang efektif. Lampung Timur menunjukkan bahwa dengan sinergi antara petani, swasta, pemerintah, dan komunitas global, pertanian tidak hanya menjadi sektor ekonomi, tapi juga pilar kedaulatan pangan, lingkungan, dan sosial.
Ela Siti Nuryamah menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk terus memperluas pelatihan, pendampingan, serta membuka ruang investasi hijau. “Yang terpenting, kerja sama ini harus tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan dan kesejahteraan petani lokal,” tegasnya.
Dengan pendekatan inklusif dan adaptif, kakao Lampung Timur berpotensi menjadi model nasional pertanian berkelanjutan, serta ikon baru ekspor pertanian Indonesia ke panggung global.
Pewarta : Lii

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal
#teman, #all, #wartawan, #berita