RI News Portal. Banjarnegara, 21 November 2025 – Malam menjelang Kamis (20/11) menjadi titik terang bagi puluhan keluarga di Dusun Situkung, Desa Pringamba, Kecamatan Pandanarum. Setelah berhari-hari menanti dalam kecemasan, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Tengah akhirnya berhasil mengembalikan identitas tujuh jenazah korban tanah longsor yang menerjang permukiman mereka pada pekan lalu.
Dari 28 warga yang sempat dilaporkan hilang, tujuh di antaranya kini telah dikembalikan namanya: Darti (30), Tuwi (50), Esiah (22), Maruni (54), Karti—yang juga dikenal dengan nama Tiaryo (64), Lipah (30), serta Warjono Lamar (65). Satu warga lainnya berhasil diselamatkan dalam kondisi hidup, sementara 20 nama lain masih berada dalam daftar pencarian.
Proses identifikasi berlangsung intensif sejak Kamis malam. Di ruang pendingin rumah sakit bhayangkara setempat, tim forensik dan odontologi bekerja bergantian, hampir tanpa henti, mencocokkan data antemortem yang dikumpulkan keluarga—mulai dari catatan medis, foto gigi, hingga barang pribadi—dengan kondisi jenazah yang ditemukan di bawah lapisan lumpur setebal hingga enam meter. Satu temuan berupa bagian tubuh terpisah juga sedang menjalani pemeriksaan DNA untuk identifikasi lanjutan.

“Setiap nama yang kembali adalah beban yang terangkat dari pundak keluarga,” ujar Kombes Pol Artanto, Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Jumat pagi. “Ini bukan sekadar laporan forensik. Ini tentang mengakhiri penantian yang menyakitkan.”
Di lapangan, operasi pencarian memasuki hari kesembilan dengan tingkat kesulitan yang terus meningkat. Longsoran susulan kecil masih sering terjadi, memaksa tim SAR gabungan menghentikan sementara penggalian setiap kali alat pendeteksi getaran memberi peringatan. Unit K9 yang diterjunkan sejak Rabu kemarin menjadi harapan baru; anjing-anjing pelacak itu berhasil menandai belasan titik potensial yang kemudian digali secara hati-hati dengan tangan atau alat berat ringan.
Sementara itu, di lokasi pengungsian yang menampung 998 warga, suasana tetap tegang namun terjaga. Tim medis dari Dinas Kesehatan dan PMI terus melakukan pemeriksaan rutin, terutama terhadap anak-anak dan lansia yang mulai menunjukkan gejala kelelahan kronis. Pendampingan psikologis juga diperkuat setelah beberapa keluarga korban hilang mengalami serangan panik saat mendengar suara alat berat di malam hari.
Baca juga : Pengungkapan Cepat Kasus Pembakaran Rumah di Girimarto: Polres Wonogiri Tangkap Pelaku Kurang dari 24 Jam
Artanto menegaskan bahwa strategi pencarian akan terus dievaluasi setiap enam jam sekali. “Kami tidak ingin ada korban jiwa tambahan, baik dari warga maupun petugas. Keselamatan tetap prioritas utama, meski itu berarti proses menjadi lebih lambat,” katanya.
Hujan ringan yang mulai mengguyur Banjarnegara sejak Kamis malam menambah kekhawatiran. BMKG setempat memperingatkan potensi curah hujan sedang hingga lebat hingga akhir pekan, yang dapat memicu longsoran baru di lereng-lereng yang sudah rapuh.
Di tengah semua itu, proses pengembalian jenazah kepada keluarga dijadwalkan bertahap mulai Sabtu pagi, disertai pendampingan agama dan psikologis. Bagi tujuh keluarga yang kini bisa mulai merencanakan pemakaman, kepastian itu adalah luka yang akhirnya mulai bisa dijahit—meski 20 nama lainnya masih menanti giliran untuk dipanggil pulang.
Pewarta : Nandang Bramantyo

