
“Trump jelas memprioritaskan diplomasi berbasis transaksi. Lawatannya ke Teluk tidak bisa dilepaskan dari upaya memperbaiki citra ekonomi AS melalui investasi dan penjualan senjata skala besar.”
RI News Portal. Riyadh 15 Mei 2025 – Presiden Amerika Serikat Donald Trump tiba di Riyadh, Arab Saudi, Selasa (13/5), dalam kunjungan kenegaraan yang sarat makna simbolik dan agenda strategis. Salah satu yang mencuri perhatian adalah karpet berwarna lavender yang terbentang menyambutnya, menggantikan karpet merah yang lazim digunakan dalam penyambutan kenegaraan.
Menurut BBC, Arab Saudi telah mengganti warna karpet penyambutan menjadi lavender sejak 2021, dengan alasan mencerminkan kekayaan alam dan budaya lokal. Namun, perbedaan penyambutan tidak berhenti di situ. Berbeda dari kunjungan Presiden Joe Biden beberapa tahun lalu yang hanya disambut delegasi, Trump langsung disambut oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman saat turun dari pesawat Air Force One.

Arab Saudi menjadi tujuan pertama dari rangkaian lawatan Trump di kawasan Teluk, yang juga mencakup Qatar dan Uni Emirat Arab. Ini adalah kunjungan luar negeri kedua Trump di periode keduanya sebagai presiden, setelah menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Roma bulan lalu.
Agenda utama Trump kali ini berfokus pada diplomasi ekonomi. Dalam KTT bisnis Saudi-AS di Riyadh, Trump bertemu para miliarder seperti Elon Musk, Mark Zuckerberg, dan Sam Altman. Dalam kesempatan itu, diumumkan kesepakatan penjualan senjata senilai 142 miliar dolar AS kepada Arab Saudi, yang disebut Gedung Putih akan memperkuat sistem pertahanan dan keamanan negara tersebut.
Selain urusan ekonomi, Trump juga melakukan pertemuan bersejarah dengan Presiden Suriah Ahmed Al-Sharaa. Ia mengumumkan pencabutan sanksi terhadap Suriah, sebuah langkah yang mendapat dukungan dari Arab Saudi dan Turki, namun menuai kritik dari Israel dan Iran.
Ketegangan dengan Israel pun mencuat. Trump, yang dulu dikenal mendukung penuh kebijakan militer Israel, kini memilih pendekatan diplomatik, termasuk terhadap Iran dan kelompok Houthi di Yaman. Perbedaan sikap ini memperlebar jarak antara Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Di tengah lawatan Trump, situasi Gaza kembali memanas. Serangan udara Israel menewaskan lebih dari 80 warga sipil pada malam yang sama, termasuk puluhan anak-anak dan perempuan. PBB melalui Wakil Sekjen Urusan Kemanusiaan, Tom Fletcher, mengecam blokade Israel atas bantuan kemanusiaan dan menyerukan intervensi global.
Langkah AS dan Israel yang menyerahkan distribusi bantuan ke kontraktor swasta AS juga menuai kritik tajam dari komunitas internasional dan warga Palestina, yang menilai upaya tersebut sarat kepentingan politik.
Pengamat menilai, kunjungan Trump kali ini lebih mencerminkan kepentingan bisnis dan penjualan senjata ketimbang mendorong stabilitas kawasan. Trump juga dinilai belum menunjukkan komitmen kuat terhadap penyelesaian konflik Palestina-Israel secara adil dan berimbang.
“Jika AS ingin dipandang sebagai mediator yang netral, bukan hanya penjual senjata, maka perlu ada langkah nyata untuk mendukung keadilan dan perdamaian di kawasan,” kata seorang analis Timur Tengah kepada NBC News.
Pewarta : Vie

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal