
RI News Portal. Wonogiri 26 Juni 2025 – Dalam capaian prestisius tingkat nasional, Desa Slogoretno, Kecamatan Jatipurno, Kabupaten Wonogiri, berhasil mencatatkan namanya sebagai satu dari 15 desa digital terbaik di Indonesia tahun 2025. Pencapaian ini bukan hanya membanggakan Kabupaten Wonogiri, tetapi juga menunjukkan transformasi konkret desa dalam menghadapi era digital melalui pendekatan inklusif dan berbasis masyarakat.
Kepala Desa Slogoretno, Suparmanto, mengungkapkan bahwa keberhasilan desanya menembus 15 besar nasional tidak diraih secara instan. Perjalanan panjang menuju transformasi digital telah berlangsung selama beberapa tahun, dimulai dari program Kampung Literasi, berlanjut ke Kampung Digital Gradasi, dan Program Desa Cerdas, yang kesemuanya menjadi fondasi menuju ekosistem digital desa yang berkelanjutan.
Sebagai satu-satunya desa dari Kabupaten Wonogiri yang lolos seleksi administrasi dari total 117 peserta, Slogoretno akan menjalani tahap verifikasi lapangan yang dilakukan oleh tim dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Selasa, 24 Juni 2025. Dari hasil verifikasi ini, nantinya akan terpilih sepuluh desa terbaik yang berhak mempresentasikan inovasi digital di hadapan dewan juri nasional.

Verifikasi lapangan menilai empat pilar utama implementasi digitalisasi di Desa Slogoretno. Dalam sektor pendidikan, kunjungan ke SDN 2 Slogoretno menjadi bukti bagaimana aplikasi Perpustakaan Digital Retno Ilmu telah diintegrasikan dalam pembelajaran. Akses literatur digital tersebut memperluas wawasan siswa sekaligus meningkatkan minat baca berbasis teknologi.
Sementara di bidang ekonomi, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di desa ini aktif memanfaatkan platform lokapasar (marketplace) untuk memperluas jangkauan pemasaran produk lokal. Pendekatan ini menjadi katalisator penting bagi penguatan ekonomi desa berbasis teknologi digital.
Aspek sosial dan pelayanan publik pun tak luput dari digitalisasi. Sistem administrasi kependudukan digital telah diterapkan, termasuk capaian tinggi aktivasi Identitas Kependudukan Digital (IKD) yang menunjukkan partisipasi aktif warga dalam transformasi layanan publik berbasis digital.
“Desa digital tidak hanya soal menciptakan aplikasi, tetapi menciptakan sistem kehidupan sosial yang terdigitalisasi,” tegas Suparmanto. Baginya, makna desa digital adalah transformasi struktural dan kultural menuju efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas pelayanan desa.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Wonogiri, Djoko Purwidyatmo, menegaskan bahwa pencapaian Slogoretno mencerminkan keberhasilan pembinaan desa dalam memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dari tiga desa yang diusulkan oleh Pemkab Wonogiri—yakni Desa Slogoretno, Desa Sendang (Kecamatan Wonogiri), dan Desa Sukomangu (Kecamatan Purwantoro)—hanya Slogoretno yang berhasil menembus nasional.
Capaian ini semakin bernilai karena dari Provinsi Jawa Tengah hanya terdapat lima desa yang berhasil masuk 15 besar nasional, yakni Desa Krandegan (Purworejo), Jati (Kudus), Watumalang (Wonosobo), Keling (Jepara), dan Slogoretno (Wonogiri).
Dalam kajian pembangunan berbasis teknologi, Desa Slogoretno dapat dikaji sebagai model studi kasus implementasi smart village di konteks rural Indonesia. Pendekatan partisipatif, kolaboratif, dan berkelanjutan dalam proses digitalisasi memperlihatkan bahwa inovasi tidak selalu harus berasal dari kota, tetapi bisa muncul dari desa dengan pendekatan kontekstual dan berbasis kebutuhan lokal.
Implikasi kebijakan dari kasus ini mendorong perlunya replikasi model Slogoretno di desa-desa lain, dengan memperhatikan dukungan infrastruktur, pelatihan SDM, dan sinergi lintas sektor. Pemerintah pusat maupun daerah perlu menjadikan capaian ini sebagai dasar penyusunan roadmap digitalisasi desa dalam kerangka kebijakan transformasi digital nasional.
Pewarta : Nandar Suyadi

Gas full……