
RI News Portal. Banyumas, 16 Juli 2025 — Pemerintah Kabupaten Banyumas menekankan pentingnya perbaikan sarana kesehatan lingkungan (Kesling) di puskesmas sebagai langkah strategis untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan primer. Hal ini ditegaskan oleh Wakil Bupati Banyumas, Dwi Asih Lintarti, saat membuka Lokakarya Hasil Asesmen, Analisis Risiko, dan Rencana Perbaikan Sarana Kesling di puskesmas se-Kabupaten Banyumas.
Lintarti menekankan bahwa pengalaman pandemi COVID-19 memberikan pelajaran fundamental mengenai urgensi sarana air bersih, sanitasi, dan pengelolaan limbah medis di fasilitas layanan kesehatan, khususnya puskesmas sebagai garda terdepan.
“Puskesmas yang sehat dan bersih adalah pondasi kesehatan masyarakat kita. Saya mengajak seluruh stakeholder untuk bersama-sama memastikan rencana perbaikan Kesling ini berjalan efektif dan berkelanjutan,” ujar Lintarti.

Mengacu data Kementerian Kesehatan, masih terdapat 9,59% puskesmas di Jawa Tengah yang belum memiliki akses air bersih, 12,33% dengan sanitasi terbatas, dan lebih dari 35% belum mengelola limbah medis dengan baik.
Di Banyumas, hasil asesmen Kesling Plus yang menyasar 40 puskesmas menunjukkan kondisi serupa, sehingga dibutuhkan langkah percepatan perbaikan. Lintarti menegaskan bahwa Kesling Plus bukan sekadar proyek pembangunan fisik, tetapi juga mencakup pelatihan SDM, analisis risiko, serta advokasi lintas sektor untuk mencapai layanan kesehatan yang aman dan inklusif.
Dalam kesempatan yang sama, dr. Widyana Grehastuti, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, menjelaskan bahwa program Kesling Plus merupakan hasil kerja sama dengan UNICEF dan Yayasan Inovasi Pembangunan Hijau, yang mengadopsi pendekatan WASHFIT (Water, Sanitation and Hygiene Facility Improvement Tool).
Program ini bertujuan untuk memperkuat pencegahan infeksi dan resistensi antimikroba melalui penguatan tujuh komponen: air, sanitasi, pengelolaan limbah, kebersihan, energi, serta tata kelola manajemen.
“Kesling Plus telah berjalan sejak Mei 2025 dan akan berlanjut hingga Desember, dengan target implementasi di 40 puskesmas,” jelas Widyana.
Hasil asesmen menunjukkan masih adanya risiko sedang hingga tinggi pada aspek sanitasi, pengelolaan limbah, dan energi di sejumlah puskesmas. Sebagai respons, dirumuskan berbagai rencana strategis, antara lain:
- Penyediaan sumur gali dan pompa air
- Toilet ramah gender dan disabilitas
- Pemeliharaan septic tank berkala
- Pemilahan limbah medis melalui bank sampah
- Penyediaan fasilitas cuci tangan di seluruh area pelayanan
- Pengadaan laundry air panas untuk pengendalian infeksi
- Peningkatan kapasitas tenaga kebersihan dan manajemen PPI (Program Pengendalian Infeksi)
Upaya ini juga diperkuat melalui kolaborasi dengan Perumda Air Minum Tirta Satria, Dinas Perkim, DLH, serta mitra pembangunan.
Pendekatan Kesling Plus menunjukkan pergeseran paradigma dari intervensi fisik menuju pendekatan sistemik berbasis manajemen risiko dan penguatan kapasitas SDM. Dalam perspektif kebijakan kesehatan publik, strategi ini mendukung pencapaian Universal Health Coverage (UHC) dan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 3 dan 6, terkait kesehatan yang baik dan akses air bersih.
Dengan memperkuat puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan, Banyumas tidak hanya memperbaiki infrastruktur, tetapi juga membangun resiliensi sistem kesehatan daerah untuk menghadapi ancaman penyakit menular dan perubahan iklim.
Pewarta : Dimas Syarif
