
RI News Portal. Jakarta, Juni 2025 — Dunia kesehatan global kembali diguncang oleh munculnya dua ancaman virus baru: varian Covid-19 bernama Nimbus (NB.1.8.1) dan virus corona zoonotik jenis baru bernama HKU5. Kedua entitas virologis ini menimbulkan kekhawatiran serius dalam komunitas ilmiah internasional, dengan potensi menyebabkan gelombang infeksi baru di tengah pemulihan pasca pandemi Covid-19.
Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian Nimbus, yang pertama kali terdeteksi pada Januari 2025, telah menyebar ke lebih dari 22 negara. Dikenal secara ilmiah sebagai NB.1.8.1, varian ini merupakan turunan dari keluarga Omicron dan diklasifikasikan sebagai variant under monitoring sejak Mei 2025.
Mutasi signifikan pada protein spike Nimbus memungkinkan virus ini berikatan lebih efisien dengan reseptor ACE2 manusia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan peningkatan transmisi, terutama di wilayah padat penduduk dan pada musim panas saat mobilitas manusia meningkat.
“Kami melihat kecenderungan bahwa varian ini memiliki kemampuan imune escape yang lebih kuat,” ujar Dr. Maria Van Kerkhove, pakar epidemiologi dari WHO, dalam konferensi pers pekan lalu.

Negara-negara seperti China, Singapura, dan Inggris telah melaporkan lonjakan kasus baru yang diduga dipicu oleh varian ini. Amerika Serikat dan Australia juga telah melaporkan keberadaannya, meskipun angka resmi kemungkinan diremehkan akibat menurunnya intensitas tes Covid-19 secara global.
Sementara perhatian dunia terfokus pada Nimbus, para ilmuwan memperingatkan ancaman laten yang berasal dari alam liar. Sebuah virus corona baru, dinamai HKU5, ditemukan pada kelelawar di Tiongkok pada Februari 2025. Studi kolaboratif yang dimuat dalam Nature Communications mengungkap bahwa HKU5 telah menunjukkan kemampuan untuk masuk dan bereplikasi dalam sel manusia, khususnya pada sistem pernapasan dan pencernaan.
Para peneliti dari Washington State University menyatakan bahwa virus ini hanya membutuhkan mutasi kecil untuk dapat menular antar manusia.
“HKU5 menunjukkan tropisme terhadap reseptor ACE2 manusia, sama seperti SARS-CoV-2. Jika terjadi spillover, kita bisa menghadapi potensi pandemi baru,” ungkap Dr. Michael Letko, virolog dari tim peneliti tersebut.
Yang lebih mengkhawatirkan, virus ini telah terdeteksi pada spesies cerpelai (mink), yang sebelumnya juga menjadi inang perantara dalam wabah Covid-19 di Eropa. Penularan lintas spesies menjadi indikator kunci bagi potensi zoonosis yang berbahaya.
Baca juga : Kontroversi Intersepsi Kapal Bantuan di Laut Internasional: Greta Thunberg, Israel, dan Respons Donald Trump
Kedua temuan ini menjadi pengingat keras bahwa sistem pengawasan epidemiologis global harus diperkuat. Dalam situasi di mana varian Covid-19 terus berevolusi dan virus zoonotik baru muncul, dunia menghadapi tantangan berlapis dalam mitigasi risiko pandemi.
Banyak negara telah memperingatkan pentingnya One Health approach, pendekatan terpadu yang menghubungkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.
“Virus seperti HKU5 bukan hanya isu virologi, melainkan masalah kebijakan lingkungan dan keamanan kesehatan global,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.
WHO, bersama jaringan laboratorium internasional, kini mendorong pengembangan vaksin pancorona (universal coronavirus vaccine) sebagai solusi jangka panjang terhadap ancaman virus-virus baru.

Untuk merespons potensi gelombang infeksi oleh varian Nimbus dan ancaman zoonosis HKU5, beberapa langkah mendesak perlu dipertimbangkan oleh pemerintah dan masyarakat internasional:
- Revitalisasi sistem pengawasan virus global – termasuk pendanaan untuk genomic surveillance dan pelaporan terbuka lintas negara.
- Percepatan vaksinasi penguat (booster), terutama untuk kelompok rentan dan tenaga kesehatan.
- Investasi pada riset vaksin universal terhadap virus corona yang berasal dari hewan.
- Kolaborasi lintas sektor antara otoritas kesehatan, lingkungan, dan pertanian untuk mengendalikan populasi hewan liar yang berpotensi menjadi reservoir virus.
Munculnya varian Nimbus dan potensi zoonosis HKU5 menegaskan kembali bahwa kewaspadaan terhadap pandemi tidak boleh berakhir hanya karena grafik infeksi melandai. Dunia kini berdiri di persimpangan antara kesiapsiagaan dan kealpaan.
Dengan kerja sama ilmiah, transparansi data, dan pendekatan holistik, ancaman baru ini bisa dikelola sebelum berkembang menjadi krisis kesehatan global berikutnya.
Pewarta : Yudha Purnama

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal
#teman, #all, #wartawan, #berita