
RI News Portal. Wonogiri, Petugas BMKG dan BPBD Wonogiri meninjau lokasi longsor di Sidorejo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Senin (3/2/2025)
Kecamatan Tirtomoyo menjadi wilayah paling rawan bencana tanah longsor di Kabupaten Wonogiri sepanjang 2024. Tanah longsor di kecamatan ini mencapai 52 kejadian dari total 134 peristiwa bencana tersebut di Kabupaten Wonogiri.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Wonogiri, tanah longsor merupakan bencana paling banyak terjadi dibandingkan bencana lain di kabupaten tersebut.
Sepanjang 2024, jumlah kejadian tanah longsor mencapai 134 kali di hampir semua kecamatan. Jumlah itu meningkat dibandingkan kejadian tahun lalu yang sebanyak 112 kejadian.

Pada 2023, angka kejadian bencana tanah longsor di Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri, mencapai 17 kali peristiwa. Jumlah itu menempatkan kecamatan tersebut pada posisi kedua setelah Kecamatan Slogohimo sebagai wilayah dengan kejadian tanah longsor terbanyak di Kabupaten Wonogiri.
Pada 2024, kejadian tanah longsor meningkat jauh di Kecamatan Tirtomoyo, yakni sebanyak 52 kali. Kecamatan itu menjadi satu-satunya wilayah dengan kejadian tanah longsor lebih dari 20 kali.
Kepala BPBD Wonogiri, Fuad Wahyu Pratama, mengatakan tanah di Kecamatan Tirtomoyo banyak yang sudah kritis sehingga gampang longsor. Tingkat kerekatan tanah di kecamatan itu sudah lemah karena tidak ada akar tanaman yang mengikat tanah.
Kondisi itu diperparah dengan topografi yang banyak lereng. Hal yang sama juga terjadi di sejumlah kecamatan lain di Kabupaten Wonogiri. Hanya saja, tingkat keparahannya lebih rendah.
Baca juga : Harapan Menko AHY Infrastruktur yang Ada di RI Mampu Dukung Swasembada Energi
“Kemarin kajian dari BMKG menunjukkan kondisi tanah di Tirtomoyo itu sudah kritis. Tanahnya tidak saling melekat. Ketika ada hujan, mudah sekali longsor,” kata Fuad Wahyu Pratama.
Kecamatan lain dengan kondisi yang hampir serupa adalah Jatiroto, Jatipurno, Puhpelem, Kismantoro, dan Bulukerto. Kondisi itu sebenarnya bisa diatasi dengan penanaman pohon. Alternatif lain adalah dipulihkan dengan menanam rumput akar wangi atau vetiver.
Rumput vetiver memiliki akar serabut yang panjang hingga kedalaman lebih dari lima meter. Akar yang panjang ini membantu merekatkan tanah sehingga tidak mudah bergerak.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Wonogiri, sebanyak 64,97% atau 191 desa/kelurahan di Kabupaten Wonogiri terletak di wilayah lereng. Hanya 103 desa/kelurahan yang terletak di wilayah dataran landai. Dengan kondisi itu, Kabupaten Wonogiri sangat rawan terjadi bencana tanah longsor.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Wonogiri, Sri Maryati, mengatakan salah satu wilayah yang sangat rentan terjadi bencana tanah longsor adalah Kecamatan Tirtomoyo. Baru-baru ini misalnya, di Dusun Pucungan, Desa Sidorejo, Kecamatan Tirtomoyo, terjadi tanah longsor yang sempat menutup akses jalan kabupaten.
Berdasarkan kajian dari BMKG, tanah di wilayah itu memang rawan longsor. Tanah di sana banyak menyimpan air yang masuk dari celah-celah batu. “Gempa kemarin [gempa Gunungkidul] bukan faktor utama terjadinya longsor itu. Tetapi memang sudah ada tanda-tanda longsor sebelumnya.
Pewarta : (Nandar.s)

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal