
RI News Portal. Mataram, Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (SPWS) dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar pertunjukan wayang Sasak dan wayang botol di Gedung Akademi Seni Nasional Beijing, China, pada 25 November 2024 lalu. Pertunjukan yang berjudul “Negero Percinan” ini dimainkan secara kolaboratif oleh Dalang wayang kulit Sasak, Haji Safwan, dan dalang wayang botol, Abdul Latief Apriaman. Kehadiran SPWS di Beijing merupakan undangan dari CRIHAP, lembaga Pusat Pelatihan Internasional Warisan Budaya Tak Benda di Kawasan Asia-Pasifik yang berada di bawah naungan UNESCO.
“SPWS terpilih menerima sertifikat dari CRIHAP sebagai salah satu dari 27 lembaga se-Asia Pasifik yang dinilai telah melakukan upaya penyelamatan Kekayaan Budaya Tak Benda (ICH).” Demikian kata Ketua Yayasan Pedalangan Wayang Sasak, Abul Latief Apriaman, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (1/12/2024) kemarin.
Tiga perwakilan SPWS diundang untuk menghadiri acara tersebut, yaitu Abdul Latief Apriaman, Fitri Rachmawati sebagai Pendiri Sekolah Pedalangan Wayang Sasak, dan Ki Dalang Haji Safwan selaku Kepala Sekolah Pedalangan Wayang Sasak.

Selain perwakilan dari SPWS, acara ini juga dihadiri oleh sejumlah fasilitator untuk Kekayaan Budaya Tak Benda UNESCO yang berasal dari berbagai negara, termasuk Afrika, Brasil, Thailand, Korea, dan Jepang.
Latif menekankan, perolehan sertifikat tersebut merupakan sebuah kehormatan dan hasil dari upaya pelestarian serta pengembangan wayang Sasak yang telah dilakukan selama sembilan tahun sejak berdirinya SPWS pada 29 Maret 2015.
“Tentu saja pengakuan itu bakal menjadi penyemangat untuk kerja-kerja selanjutnya. SPWS dengan program-programnya ingin menjaga agar wayang Sasak tetap lestari,” ujar dia.
Baca juga : Penandatanganan Penyelesaian Indonesia-Canada CEPA, Akses Pasar Indonesia ke Kanada Terbuka Luas
Dalam pertunjukan kali ini, SPWS melakukan inovasi dengan memanfaatkan teknologi. Idealnya, sebuah pertunjukan wayang Sasak melibatkan minimal 10 orang, termasuk seorang dalang, dua asisten (pengabih), dan tujuh pemusik (sekehe). Namun, pertunjukan di Beijing ini melibatkan hanya tiga orang, dengan dua dalang yang dibantu musik yang telah direkam sesuai dengan lakon.
SPWS telah merekam 13 gending wayang Sasak pada tahun 2023, sehingga pertunjukan dapat dilakukan secara ringkas dan efisien. “Keuntungannya, tim tidak perlu membawa tujuh jenis alat musik wayang Sasak, seperti gong, dua gendang (lanang dang wadhon), rincik, kajar, kenong, dan suling,” ungkap Latif.
Pewarta : Zahra

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal