RI News Portal. Jakarta, 5 Desember 2025 – Pemerintah Indonesia mengumumkan kemajuan signifikan dalam implementasi Just Energy Transition Partnership (JETP), mekanisme pendanaan internasional yang dirancang untuk mendukung transisi energi berkeadilan nasional. Dari komitmen awal sebesar US$20 miliar yang disepakati pada KTT G20 Bali tahun 2022, total dana kini telah meningkat menjadi US$21,4 miliar, dengan US$3,1 miliar di antaranya telah berhasil dimobilisasi dan siap dialokasikan untuk proyek-proyek energi bersih prioritas.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa peningkatan ini mencerminkan tingginya kepercayaan komunitas internasional terhadap komitmen Indonesia dalam mengembangkan energi terbarukan. “Dana sebesar US$21,4 miliar ini terdiri dari US$11,4 miliar kontribusi publik dari kelompok mitra internasional dan US$10 miliar dari aliansi sektor keuangan swasta global,” ujar Airlangga usai memimpin rapat koordinasi dengan perwakilan mitra pendanaan, termasuk Asian Development Bank (ADB), World Bank, dan Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ).
Lebih lanjut, sekitar US$5,5 miliar lainnya sedang dalam tahap negosiasi lanjutan untuk mendanai proyek-proyek konkret yang telah masuk dalam pipeline JETP. Proyek-proyek tersebut mencakup pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata di Saguling, ekspansi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh, pengelolaan limbah menjadi energi di Legok Nangka, penguatan jaringan transmisi di koridor Sulawesi, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Sumatera Selatan, serta program dedieselisasi yang bertujuan menggantikan pembangkit berbasis diesel dengan sumber energi terbarukan.

Peningkatan komitmen ini terjadi di tengah perubahan dinamika kepemimpinan mitra internasional, di mana Jepang dan Jerman kini memegang peran co-lead setelah penarikan diri salah satu mitra awal. Airlangga menekankan bahwa mekanisme pendanaan JETP bersifat kolektif dan gotong royong, sehingga tidak bergantung pada satu pihak saja, dan kelanjutan program tetap terjaga tanpa gangguan berarti.
Dalam rapat tersebut, kepemimpinan Jepang-Jerman juga menyampaikan prioritas strategis, termasuk percepatan adopsi solar rooftop sebagai solusi energi terdistribusi, penyusunan roadmap yang lebih jelas untuk pengembangan energi terbarukan jangka panjang, serta penguatan mekanisme pengadaan dan tender. Hal ini selaras dengan target ambisius Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN periode 2025-2034, yang menargetkan penambahan kapasitas pembangkit hingga 70 gigawatt (GW) dari sumber energi bersih.
Baca juga : Menkeu Purbaya: Dana Tambahan Banjir-Longsor Sumatera Sudah Disiagakan, Tinggal Tunggu Hitungan Resmi BNPB
Untuk mempercepat realisasi, pemerintah telah membentuk Satuan Tugas Transisi Energi dan Ekonomi Hijau (Satgas TEH), yang bertugas mengawal implementasi JETP termasuk pengembangan fase JETP 2.0. Dokumen pendukung teknis dan keterlibatan lembaga pembiayaan multilateral telah dipersiapkan secara matang, sehingga diharapkan seluruh paket dana dapat segera direalisasikan dalam bentuk proyek nyata yang mendukung pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.
Pengamat energi menilai kemajuan ini sebagai sinyal positif bagi resiliensi transisi energi nasional, terutama di tengah tantangan global seperti fluktuasi harga komoditas fosil dan kebutuhan investasi infrastruktur hijau yang masif. Dengan dana yang semakin tersedia, Indonesia berpotensi tidak hanya mencapai puncak emisi sektor ketenagalistrikan lebih awal, tetapi juga memperkuat posisi sebagai pemimpin transisi energi di kawasan Asia Tenggara.
Pewarta : Albertus Parikesit

