RI News Portal. Jakarta, 5 Desember 2025 – Gelombang banjir dan longsor yang melanda tiga provinsi di Pulau Sumatra sejak akhir November 2025 tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerugian materiil, tetapi juga ancaman serius terhadap memori kolektif bangsa. Kementerian Kebudayaan mencatat sedikitnya 43 objek cagar budaya mengalami kerusakan berat hingga sedang akibat terendam air bah, tertimbun lumpur, terkena longsor, hingga ancaman abrasi sungai.
Dalam konferensi pers khusus bertajuk “Penyampaian Bantuan Kemanusiaan Kementerian Kebudayaan” yang digelar di Jakarta Selatan pada Kamis (4/12/2025), Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan duka cita mendalam sekaligus mengumumkan respons cepat pemerintah.
“Kami tidak hanya berbicara tentang rumah dan sawah yang hilang, tetapi juga tentang identitas bangsa yang terancam lenyap. Puluhan makam kerajaan, masjid berusia ratusan tahun, benteng peninggalan kesultanan, hingga rumah adat yang menjadi saksi sejarah perjuangan rakyat Sumatra kini berada dalam kondisi krisis,” ujar Fadli Zon.
Sebagai bentuk tanggap darurat, Kementerian Kebudayaan mengalokasikan dana sebesar Rp1,5 miliar yang akan disalurkan melalui Balai Pelestarian Kebudayaan di wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Dana tersebut akan diprioritaskan untuk evakuasi artefak bergerak, penyelamatan struktur bangunan, pembersihan lumpur, serta dokumentasi darurat sebelum kerusakan bertambah parah akibat paparan air dan jamur.

Aceh: Titik Paling Kritis
Dari 43 objek yang terdampak, 34 di antaranya berada di Provinsi Aceh. Kerusakan terberat tercatat di Kabupaten Pidie Jaya (Masjid Madinah Meureudu dan Masjid Tgk. Pucok Krueng), Bireuen (Makam Tun Srilanang dan Masjid Tuha Bugeng), serta Aceh Tengah (Situs Loyang Ujung Karang terkena longsor berat dan Rumah Adat Toweren rusak parah). Di Aceh Utara, komplek makam kerajaan Malikussaleh dan Sultanah Nahrisyah turut terendam banjir.
Sementara itu, ikon sejarah nasional seperti Benteng Indrapuri dan Benteng Iskandar Muda di Aceh Besar terancam abrasi sungai yang semakin ganas akibat limpasan banjir bandang.

Sumatra Utara dan Sumatra Barat
Di Sumatra Utara, banjir merangsek masuk ke dalam Rumah Tjong A Fie di Medan dan Masjid Azizi di Langkat – dua situs yang selama ini menjadi daya tarik wisata sejarah Tionghoa dan Melayu. Di Tapanuli Selatan, tiga objek adat Batak – Bagas Godang Sipirok, Masjid Sri Alam Dunia, dan Bagas Godang Muaratais – juga tak luput dari genangan.
Di Sumatra Barat, meski jumlahnya lebih sedikit, dampaknya sama krusialnya: rumah kelahiran tokoh perempuan nasional Haji Rasuna Said di Kabupaten Agam terdampak banjir, sementara jalur kereta api Sawahlunto–Teluk Bayur – warisan teknik kolonial Belanda yang masuk daftar tentatif UNESCO – mengalami kerusakan parah pada banyak segmen akibat longsor dan banjir lahar dingin.
Baca juga : Lisa BLACKPINK Resmi Debut di Layar Lebar melalui Spin-Off “Extraction” Berjudul “TYGO” untuk Netflix
Ancaman Jangka Panjang
Para ahli konservasi yang dihubungi secara terpisah menyatakan bahwa kerusakan akibat banjir dan longsor pada cagar budaya bersifat permanen jika tidak segera ditangani. Paparan air dalam waktu lama dapat melarutkan batu andesit pada candi dan benteng, memicu pertumbuhan jamur pada manuskrip dan ukiran kayu, serta mengakibatkan longsor susulan pada situs-situs yang berada di lereng bukit.
“Kita sedang berpacu dengan waktu. Setiap hari penundaan berarti kehilangan data sejarah yang tak ternilai,” kata seorang konservator senior yang enggan disebut namanya karena belum mendapat izin resmi untuk berbicara.
Kementerian Kebudayaan menyatakan akan segera membentuk Satuan Tugas Penyelamatan Cagar Budaya Bencana yang melibatkan arkeolog, konservator, dan relawan lokal. Koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah juga dipercepat untuk memastikan akses ke lokasi-lokasi terisolasi.
Bagi masyarakat yang ingin berkontribusi, Kementerian membuka kanal donasi khusus yang akan dikoordinasikan langsung oleh balai pelestarian setempat. “Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama untuk menjaga ingatan bangsa,” tutup Fadli Zon.
Pewarta : Vie

