RI News Portal. Pesisir Selatan, 27 November 2025 – Gelombang kekhawatiran kembali menyelimuti warga Kampung Tanjung Medan, Nagari Muaro Sakai, Kecamatan Pancung Soal, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Potensi meluapnya Sungai Tanjung Medan yang terus meningkat sejak beberapa hari terakhir memaksa ratusan keluarga bersiaga penuh, bahkan menyiapkan tas darurat untuk mengungsi kapan saja demi keselamatan jiwa.
Banjir di kampung yang berjarak sekitar 70 kilometer dari ibu kota kabupaten ini bukanlah fenomena baru. Setiap memasuki puncak musim hujan, luapan sungai setempat hampir selalu menjadi ancaman tahunan yang sulit diprediksi intensitasnya.
“Sudah bertahun-tahun kami begini. Tiap hujan deras datang, hati langsung dag dig dug. Rumah bisa tergenang sampai lutut orang dewasa, anak-anak takut sekali,” ungkap Tacing (54), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di tepi sungai tersebut, Rabu sore (26/11/2025). Ia menambahkan, “Kami sangat berharap malam ini dan besok tidak kejadian lagi, tapi melihat awan dan derasnya air sungai sekarang, rasanya sulit.”

Hingga pukul 18.00 WIB kemarin, debit air Sungai Tanjung Medan terus naik meski hujan sempat mereda di wilayah hulu. Beberapa titik jalan kampung sudah mulai tergenang air setinggi 20–30 sentimeter, memaksa warga menggunakan perahu rakitan atau berjalan kaki dengan menggendong barang berharga.
Kondisi serupa juga mulai dirasakan di beberapa nagari tetangga di Kecamatan Pancung Soal dan Kecamatan Ranah Pesisir. Di Kampung Tanjung Medan sendiri, hampir 80 persen rumah panggung kayu yang dibangun puluhan tahun lalu kini berada di bawah ancaman langsung karena sedimentasi sungai yang semakin dangkal dan penyempitan badan sungai akibat aktivitas pertambangan pasir di hulu beberapa tahun silam.
Para warga mengaku sudah berulang kali menyampaikan keluhan kepada pemerintah nagari dan kecamatan, namun hingga kini belum ada solusi jangka panjang yang terlihat, seperti normalisasi sungai atau pembangunan tanggul permanen. “Yang ada hanya bantuan karung pasir dan perahu karet saat banjir sudah datang,” keluh salah seorang tokoh pemuda setempat yang enggan disebut namanya.
Baca juga : Satu Tahun Lapor Mas Wapres: Dari Aduan WhatsApp hingga Formulasi Kebijakan Nasional
Sementara itu, curah hujan ekstrem yang melanda Sumatra Barat sejak pertengahan November ini telah memicu banjir dan longsor di berbagai kabupaten/kota. Kota Padang, Padang Pariaman, hingga Solok Selatan juga dilaporkan masih berjibaku dengan genangan dan material longsor yang menutup akses utama.
Warga Kampung Tanjung Medan kini hanya bisa berharap hujan segera mereda dan pemerintah daerah segera mengambil langkah antisipasi yang lebih serius, bukan sekadar reaktif setelah bencana terjadi. “Kami bukan minta dibuatkan rumah mewah, cukup sungai ini dinormalisasi supaya anak-cucu kami tidak terus-terusan hidup dalam ketakutan setiap musim hujan,” tutup Tacing dengan suara bergetar.
Hingga berita ini diturunkan, posko darurat nagari masih disiagakan dan warga diminta tetap waspada hingga status siaga darurat banjir dicabut.
Pewarta: Sami S.

