RI News Portal. Jakarta, 8 November 2025 – Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menekankan pentingnya pengawalan ketat terhadap penyelesaian Bendungan Jragung di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, sebagai upaya strategis mendukung ketahanan pangan, energi, dan mitigasi banjir di wilayah tersebut. Pernyataan ini disampaikan pasca-penijauan langsung progres proyek yang telah mencapai 89,3 persen.
Dalam kunjungan lapangan pada Jumat (8 November 2025), Gibran menyoroti urgensi kolaborasi lintas lembaga untuk memastikan target penyelesaian tercapai. “Progres saat ini sudah 89 persen, dan diharapkan rampung tahun depan. Saya meminta kementerian terkait, balai wilayah, serta pemerintah daerah untuk terus mengawal proses ini, mengingat peran vitalnya bagi ketahanan pangan, energi, dan pengurangan risiko banjir,” ujar Gibran melalui rekaman suara yang diterima di Jakarta pada Sabtu (9 November 2025).
Bendungan Jragung, yang dibangun dengan anggaran Rp3,09 triliun, dirancang menampung hingga 90 juta meter kubik air pada lahan seluas 52 hektare. Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana (BBWS PJ) Sudarto, proyek ini dijadwalkan selesai pada November 2026. “Manfaat utamanya mencakup irigasi untuk 4.500 hektare lahan pertanian existing, serta penambahan luas tanam hingga 475 hektare, yang langsung berkontribusi pada ketahanan pangan nasional,” jelas Sudarto.

Lebih lanjut, bendungan ini akan menyediakan air baku bagi tiga wilayah administratif: Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Grobogan. Aspek ketahanan energi terintegrasi melalui potensi pembangkit listrik tenaga air, sementara fungsi reduksi banjir difokuskan pada pengendalian limpasan air di Semarang yang sering mengalami genangan musiman.
Penekanan Gibran pada mitigasi banjir selaras dengan kunjungan sebelumnya ke kolam retensi Terboyo di Jalan Raya Kaligawe, Semarang, pada pekan lalu. Proyek tersebut merupakan komponen dari inisiatif Giant Sea Wall untuk pengendalian banjir pesisir. “Kemarin banjir cukup parah, tetapi progres kolam retensi dan pengaktifan pompa sudah menunjukkan kemajuan signifikan,” tambah Gibran, menggarisbawahi perlunya optimalisasi infrastruktur pendukung.
Baca juga : FH USM Gelar Seminar Nasional Reformasi Peradilan: Empat Pakar Soroti Independensi dan Integritas Hakim
Dari perspektif akademis, proyek seperti Bendungan Jragung mencerminkan pendekatan integrated water resources management (IWRM) yang menggabungkan aspek hidrologi, agronomi, dan energi terbarukan. Studi hidrologi regional menunjukkan bahwa penampungan air sebesar ini dapat meningkatkan indeks ketahanan pangan hingga 15-20 persen di wilayah irigasi downstream, berdasarkan model simulasi curah hujan dan evapotranspirasi. Selain itu, integrasi dengan sistem pompa di Terboyo menawarkan solusi hybrid untuk ancaman banjir urban, di mana elevasi rendah Semarang (rata-rata 1-3 meter di atas permukaan laut) memperburuk vulnerabilitas terhadap rob dan hujan ekstrem.
Penyelesaian proyek ini diharapkan menjadi model replikasi untuk infrastruktur multifungsi di pulau Jawa, di tengah proyeksi perubahan iklim yang memprediksi peningkatan intensitas banjir hingga 30 persen pada 2030. Pengawalan yang diminta Gibran menandakan komitmen pemerintah pusat dalam sinergi vertikal, memastikan manfaat ekonomi jangka panjang bagi petani lokal dan stabilitas pasokan air perkotaan.
Pewarta : Albertus Parikesit

