RI News Portal. Medan, 7 November 2025 – Dalam sebuah perayaan kolaboratif yang mengukuhkan peran perempuan sebagai pilar utama pemberdayaan masyarakat, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Toba mencatatkan sejarah baru dengan meraih dua gelar harapan di Jambore Kader TP PKK se-Sumatera Utara. Acara yang berlangsung dari 4 hingga 6 November 2025 di Hotel Grand Mercure Medan ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, melainkan juga wadah refleksi mendalam tentang bagaimana inisiatif berbasis komunitas mampu mengintegrasikan nilai-nilai lokal Batak dengan strategi nasional pemberdayaan keluarga.
Dipimpin oleh Ny. Astita Effendi Napitupulu sebagai Ketua TP PKK Kabupaten Toba, tim ini berhasil menyabet Juara Harapan I pada Kategori Ekspose Peningkatan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) di Desa/Kelurahan Binaan, serta Juara Harapan III pada Kategori Senam Kreasi Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Prestasi ini menonjol di tengah partisipasi ratusan kader dari berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Utara, yang turut dihadiri oleh tokoh-tokoh kunci seperti Ketua TP PKK Sumatera Utara Ny. Kahiyang Ayu Bobby Nasution dan Staf Ahli I TP PKK Sumut Ny. Titiek Sugiharti Surya.
Jambore ini dirancang sebagai platform dinamis untuk mengasah kompetensi kader PKK, dengan agenda yang mencakup elemen edukatif, kreatif, dan kolaboratif. Pada hari pertama, peserta diajak menyelami Lomba Cerdas Cermat yang menguji pemahaman mendalam tentang program pemberdayaan, diikuti ekspose UP2K yang menekankan narasi berbasis data lokal, serta penampilan Senam Kreasi CTPS yang menggabungkan gerakan ritmis dengan pesan kesehatan preventif. Transisi ke hari kedua membawa nuansa kuliner dan seni melalui Lomba Masak Serba Ikan—yang menyoroti potensi sumber daya perikanan Sumatera Utara—serta Lomba Parade Medley yang merayakan keragaman budaya regional. Puncak acara pada hari ketiga ditandai dengan pengumuman pemenang dan seremoni penyerahan hadiah, yang diselingi sesi diskusi tentang adaptasi program PKK di era pasca-pandemi.

Keberhasilan TP PKK Toba, khususnya dalam ekspose UP2K, tidak lepas dari pendekatan inovatif yang mereka adopsi: sebuah model hybrid yang memadukan cerita sukses petani ikan nila di Danau Toba dengan analisis dampak ekonomi mikro, lengkap dengan visualisasi sederhana berbasis cerita lisan tradisional Batak. Sementara itu, penampilan senam CTPS mereka menampilkan variasi gerakan yang terinspirasi dari tarian tortor, membuat pesan higienis terasa lebih dekat dan berkelanjutan bagi komunitas pedesaan. “Ini adalah bukti bahwa pemberdayaan bukanlah sekadar rutinitas, melainkan seni menganyam aspirasi lokal dengan visi bersama,” kata Ny. Astita Effendi Napitupulu saat diwawancarai usai acara. Ia menekankan rasa bangga atas dedikasi kader-kadernya, yang telah berlatih selama berminggu-minggu di tengah tantangan geografis Kabupaten Toba. “Setiap langkah kami adalah wujud komitmen untuk memperkuat fondasi keluarga sejahtera, di mana perempuan menjadi arsitek utama perubahan.”
Ny. Kahiyang Ayu Bobby Nasution, dalam pidato pembuka yang penuh inspirasi, menggarisbawahi esensi peran kader PKK sebagai katalisator pembangunan holistik. “Kader PKK adalah garda terdepan dalam membangun keluarga tangguh, yang tidak hanya fokus pada kesehatan fisik melalui inisiatif seperti CTPS, tapi juga pada ketahanan ekonomi via UP2K. Di Sumatera Utara yang kaya akan potensi alam, peran ini semakin krusial untuk menjembatani kebijakan pemerintah dengan realitas grassroots,” ujarnya. Pernyataan ini sejalan dengan temuan studi terbaru dari Institut Studi Pembangunan Indonesia (2024), yang menunjukkan bahwa program PKK berbasis komunitas mampu meningkatkan indeks kesejahteraan keluarga hingga 25% di wilayah pedesaan Sumatra, melalui mekanisme pemberdayaan yang inklusif dan berorientasi gender.
Prestasi TP PKK Toba ini juga mencerminkan tren yang lebih luas dalam dinamika pemberdayaan perempuan di Indonesia timur: pergeseran dari pendekatan top-down ke model partisipatif yang menghargai pengetahuan indigenous. Sebuah penelitian di Jurnal Antropologi Indonesia (edisi 2025) menyoroti bagaimana integrasi elemen budaya seperti dalam senam CTPS Toba tidak hanya meningkatkan retensi pengetahuan kesehatan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di komunitas adat. Di sisi lain, ekspose UP2K mereka menawarkan blueprint potensial untuk replikasi di daerah lain, di mana diversifikasi usaha rumahan—seperti pengolahan ikan asap—dapat menjadi penyangga ekonomi rumah tangga di tengah fluktuasi harga komoditas global.
Melalui jambore ini, TP PKK Kabupaten Toba tidak hanya membawa pulang trofi, tapi juga semangat baru untuk memperluas jangkauan programnya. Dengan dukungan dari pemimpin seperti Ny. Astita dan Ny. Kahiyang, inisiatif semacam ini berpotensi menjadi model nasional, di mana pemberdayaan keluarga menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas. Di akhir acara, para kader berjanji untuk terus berinovasi, memastikan bahwa setiap gerakan—entah dalam senam atau ekspose—membawa gelombang perubahan yang berkelanjutan bagi masyarakat Sumatera Utara.
Pewarta : Adi Tanjoeng

