RI News Portal. Wonogiri, 7 November 2025 – Kolaborasi lintas institusi antara Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri mencatatkan pencapaian signifikan melalui penutupan Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Sengkuyung Tahap IV Tahun 2025. Acara penutupan yang digelar pada Kamis, 6 November 2025, di Lapangan Dusun Gondang, Desa Ngambarsari, Kecamatan Karangtengah, menandai akhir dari inisiatif yang telah berjalan selama hampir sebulan penuh.
Dipimpin oleh Komandan Kodim 0728/Wonogiri, Letkol Inf Edi Ristriyono, S.Pd., M.I.P., upacara ini melibatkan sekitar 300 peserta, mencakup personel TNI, Polri, aparatur pemerintah daerah, dan warga setempat. Kehadiran tokoh kunci seperti Wakil Bupati Wonogiri Imron Rizkyarno, S.H., Kapolres Wonogiri AKBP Wahyu Sulistyo, S.H., S.I.K., M.P.M., Asisten I Sekretaris Daerah Kabupaten Wonogiri Drs. Teguh Setiyono, M.M., serta perwakilan dari forum koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda), Kejaksaan, Pengadilan Agama, dan musyawarah pimpinan kecamatan (Muspika) Karangtengah, semakin mempertegas komitmen bersama dalam agenda pembangunan nasional.
Dalam amanatnya, Letkol Inf Edi Ristriyono menekankan peran TMMD sebagai manifestasi konkret dari doktrin kemanunggalan TNI dengan rakyat, yang selaras dengan prinsip percepatan pembangunan wilayah pedesaan. “Program TMMD ke-126 ini bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan instrumen strategis Angkatan Darat untuk merespons kesulitan masyarakat secara langsung sambil memperkuat fondasi ketahanan nasional di tingkat lokal,” ungkapnya. Pernyataan ini mencerminkan evolusi TMMD dari program ad hoc menjadi kerangka kerja terintegrasi yang mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada pilar infrastruktur dan ketahanan komunitas.

Pelaksanaan TMMD Tahap IV, yang dimulai pada 8 Oktober 2025, menghasilkan output fisik berupa rabat jalan beton di Dusun Soko, Desa Ngambarsari, dengan panjang akumulatif 1.480 meter. Infrastruktur ini dianalisis sebagai katalisator ekonomi mikro, karena memfasilitasi alur distribusi komoditas pertanian—seperti padi dan palawija—menuju pasar utama, sekaligus mengurangi biaya transportasi dan waktu tempuh bagi penduduk. Dari perspektif akademis, pembangunan ini dapat dipandang sebagai aplikasi teori konektivitas spasial, di mana peningkatan aksesibilitas berkorelasi positif dengan pertumbuhan produktivitas agraris dan pengurangan disparitas regional.
Aspek nonfisik tak kalah krusial, meliputi serangkaian penyuluhan kolaboratif antara Kodim 0728/Wonogiri, Polres Wonogiri, dan instansi terkait. Tema-tema utama mencakup pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), strategi ketahanan pangan berbasis lokal, serta intervensi pencegahan stunting melalui edukasi gizi. Kapolres AKBP Wahyu Sulistyo menegaskan bahwa sinergi Polri dalam TMMD melampaui fungsi pengamanan, menuju pembinaan berkelanjutan. “Kontribusi kami adalah memastikan bahwa investasi pembangunan ini terlindungi dari ancaman sosial, sehingga masyarakat dapat memanfaatkannya untuk generasi mendatang,” katanya, yang menggemakan konsep policing berbasis komunitas dalam literatur keamanan publik.
Anggaran program mencapai Rp744,7 juta, dengan alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp174 juta dan APBD Kabupaten Wonogiri Rp570,7 juta. Pendanaan ini menunjukkan model pembiayaan hybrid yang efisien, di mana sumber daya provinsi dan kabupaten saling melengkapi untuk memaksimalkan dampak tanpa membebani anggaran nasional secara berlebih.
Baca juga : Kolaborasi Polisi dan Tokoh Agama: Upaya Holistik Cegah Bunuh Diri di Wonogiri
Penutupan dirangkai dengan ritual simbolis: pemukulan gong, penandatanganan prasasti oleh Dandim disaksikan Forkopimda, pemotongan pita, serta peninjauan langsung lokasi proyek. Letkol Edi Ristriyono menyampaikan pesan akhir yang menyoroti nilai gotong royong sebagai aset intangible. “Keberlanjutan hasil TMMD bergantung pada pemeliharaan kolektif; ini adalah warisan bersama yang harus dijaga untuk ketangguhan jangka panjang,” tuturnya.
Secara keseluruhan, TMMD Sengkuyung Tahap IV di Wonogiri merepresentasikan paradigma kolaborasi institusional yang holistik, mengintegrasikan dimensi militer, kepolisian, dan pemerintahan sipil untuk mencapai masyarakat yang resilien dan kompetitif. Inisiatif ini tidak hanya menyelesaikan isu infrastruktur akut, tetapi juga membangun modal sosial yang esensial bagi pembangunan berkelanjutan di era pasca-pandemi.
Pewarta: Nandang Bramantyo

