RI News Portal. Surakarta, 3 November 2025 – Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyampaikan penghormatan terakhir kepada Sri Susuhunan Pakubuwono XIII di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Minggu (2/11). Kedatangan orang nomor dua di Indonesia itu menambah deretan pejabat negara yang turut berduka atas wafatnya raja kesultanan tertua di Tanah Jawa tersebut.
Sesampainya di kompleks keraton sekitar pukul 10.00 WIB, Gibran disambut hangat oleh puluhan kerabat kraton dan abdi dalem yang mengenakan busana adat kebesaran. Suasana duka terasa kental; deretan bendera kuning kraton berkibar setengah tiang, sementara aroma kemenyan dan doa Jawa mengiringi langkah Wapres menuju pendopo utama tempat jenazah disemayamkan.
Dalam pernyataan singkat kepada wartawan usai memberikan penghormatan, Gibran menyebut Pakubuwono XIII sebagai “penjaga tradisi yang tak tergoyahkan sekaligus pelestari kebudayaan Jawa yang otentik.” Ia menekankan peran almarhum dalam menjaga harmoni sosial di Surakarta, kota yang kerap menjadi laboratorium hidup toleransi antarsuku dan agama.

“Beliau bukan sekadar raja, tapi juga panutan yang mengajarkan kita arti pengabdian kepada bangsa lewat pelestarian warisan leluhur,” ujar Gibran. “Keteladanan Sinuhun akan terus menjadi lentera bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman.”
Sementara itu, Keraton Surakarta telah menetapkan Rabu (5/11) sebagai hari pemakaman jenazah di Astana Imogiri, Bantul, Yogyakarta. GKR Koes Moertiyah Wandansari—atau akrab disapa Gusti Moeng—menyampaikan bahwa upacara penghormatan terakhir akan dimulai pukul 08.00 WIB, diikuti pelepasan jenazah dari keraton sekitar pukul 13.00 WIB.
Rute prosesi dirancang mengikuti tradisi leluhur: dari halaman dalam kraton, jenazah akan dibawa melewati Bangsal Magangan, Alun-alun Selatan, Pelengkung Gading, Jalan Veteran, perempatan Tipes, hingga Jalan Slamet Riyadi ke arah barat. Sebelum melanjutkan perjalanan panjang ke Imogiri, jenazah akan singgah sejenak di Loji Gandrung—rumah dinas Wali Kota Surakarta—untuk pemindahan dari kereta jenazah ke ambulans.
“Pemindahan di Loji Gandrung hanya bersifat teknis, tidak ada upacara tambahan,” tegas Gusti Moeng, adik kandung almarhum. “Kami mengapresiasi fasilitasi Pemerintah Kota Surakarta yang memastikan kelancaran prosesi tanpa mengurangi kekhidmatan tradisi.”
Baca juga : Barcelona Bangkit dari Bayang El Clasico: Tiga Gol ke Gawang Elche Kembalikan Harapan Juara
Kehidupan Pakubuwono XIII, yang memimpin kraton selama lebih dari dua dekade, dikenal sebagai periode stabilisasi identitas budaya Jawa di tengah arus modernisasi. Di bawah kepemimpinannya, Karaton Surakarta tidak hanya menjadi pusat ritual, tetapi juga laboratorium pendidikan karakter bagi ribuan pelajar dan wisatawan setiap tahunnya.
Para pengamat budaya menilai, kepergian raja ke-13 ini meninggalkan ruang kosong yang sulit tergantikan, terutama dalam menjaga dialektika antara tradisi dan demokrasi modern. “Pakubuwono XIII berhasil menjadikan kraton sebagai ruang publik yang inklusif, bukan eksklusif,” kata Dr. Sindung Tjatjo Negoro, sejarawan Universitas Sebelas Maret, dalam wawancara terpisah.
Hingga berita ini disiarkan, ribuan warga Surakarta dan sekitarnya terus berdatangan ke kraton untuk memberikan penghormatan terakhir. Antrean panjang terlihat di Gapura Gladag, sementara puluhan karangan bunga dari berbagai instansi pemerintah dan swasta menghiasi halaman depan kompleks keraton.
Pewarta : Dandi Setiawan

