RI News Portal. Madrid, 2 November 2025 – Real Madrid menunjukkan kelasnya sebagai penguasa Santiago Bernabéu dengan membantai Valencia 4-0 pada laga LaLiga yang digelar dini hari tadi. Kemenangan ini bukan sekadar tiga poin, melainkan pernyataan tegas bahwa tim besutan Xabi Alonso sedang berada dalam momentum tak terbendung, mempertahankan rekor 100 persen di kandang dengan tujuh kemenangan beruntun musim ini.
Analisis taktikal mengungkap bagaimana Madrid menerapkan pressing tinggi sejak detik pertama, memaksa Valencia ke dalam mode bertahan pasif. Statistik penguasaan bola mencapai 68 persen untuk tuan rumah, dengan 18 attempts dan delapan di antaranya on target—bukti efisiensi serangan yang mematikan. “Ini adalah evolusi dari filosofi Alonso: intensitas tanpa kompromi, dipadukan dengan kreativitas individu,” ujar seorang pakar taktik sepak bola Eropa dalam wawancara eksklusif.
Pertandingan baru berjalan enam menit ketika Arda Güler—pemain muda yang semakin menjadi kunci—melepaskan umpan terobosan brilian kepada Kylian Mbappé. Tembakan Mbappé dimentahkan bek Valencia, Copete, tapi itu hanya permulaan. Federico Valverde nyaris membuka skor dengan tendangan kaki luar yang melengkung, diikuti aksi solo Vini Jr. yang memaksa kiper Agirrezabala melakukan save krusial.

Puncak tekanan datang pada menit ke-16: sundulan Éder Militão mengenai tangan Dimitri Tárrega di area penalti. Tinjauan VAR oleh wasit Busquets Ferrer memakan waktu dua menit, tapi keputusan penalti tak terbantahkan. Mbappé, dengan ketenangan khasnya, mengecoh Agirrezabala untuk gol pembuka (1-0).
Gol itu seperti katalisator. Pada menit ke-31, kolaborasi Güler-Bellingham menghasilkan assist sempurna; Mbappé menyelesaikannya dengan sentuhan kaki kiri yang halus, menggandakan keunggulan. Statistik pribadi Mbappé kini mencengangkan: 18 gol dalam 14 penampilan di semua kompetisi, termasuk streak delapan laga beruntun di LaLiga—rekor yang menempatkannya sejajar dengan legenda seperti Cristiano Ronaldo di masa jayanya.
Drama penalti kedua terjadi di menit ke-42. Vinicius Jr. gagal mengeksekusi, ditepis Agirrezabala, dan bola rebound Güler melambung. Namun, hanya berselang satu menit, Jude Bellingham mencuri perhatian dengan gol solo masterpiece: melewati Beltrán dengan gerak tipu elegan, lalu melepaskan tembakan akurat ke sudut mati (3-0). “Bellingham bukan lagi prospek; ia adalah pemimpin lapangan tengah,” komentar analis.
empo menurun di paruh kedua, tapi dominasi Madrid tak tergoyahkan. Vini Jr. nyaris menambah gol via umpan tarik ke Mbappé, lagi-lagi digagalkan Agirrezabala. Valencia, yang hanya mencatatkan dua attempts sepanjang laga, tampak kehilangan arah di bawah tekanan kolektif.
Baca juga : Pengemis Keadilan di Tengah Bayang Mafia Tanah: Kisah Delapan Tahun Perjuangan Prof. Ing Mokoginta
Gol penutup datang di menit ke-83 dari Álvaro Fernández Carreras, bek muda yang melakukan debut kompetitif. Menusuk dari flank kiri, ia melepaskan tembakan kaki kiri keras ke pojok atas—sebuah finis yang mencerminkan kedalaman skuad Madrid. Clean sheet menjadi bonus, berkat organisasi defensif yang solid di bawah Militão dan rudiment.
Kemenangan ini mengokohkan Madrid di puncak LaLiga dengan koleksi poin maksimal dari laga kandang, termasuk dua di Liga Champions. Rekor tujuh kemenangan beruntun di Bernabéu bukan kebetulan; ini hasil dari rotasi cerdas Alonso yang memadukan pengalaman (Mbappé, Bellingham) dengan talenta muda (Güler, Carreras).
Secara lebih luas, performa ini menandai transisi Madrid menuju era pasca-ikon klasik. Mbappé, dengan efisiensi golnya, menjadi simbol adaptasi cepat terhadap tekanan ibu kota Spanyol. Bagi Valencia, kekalahan ini menyoroti kebutuhan restrukturisasi defensif mendesak.
Pertandingan ini bukan hanya tentang skor; ia adalah narasi tentang supremasi taktikal dan evolusi generasi. Madrid terus melaju, dan LaLiga musim 2025/2026 semakin terlihat seperti milik mereka.
Pewarta : Vie

