
RI News Portal. Jakarta 28 September 2025 – Dalam lanskap kompetitif Premier League musim 2025/26, Manchester City sekali lagi menegaskan supremasi mereka dengan kemenangan meyakinkan 5-1 atas Burnley di Etihad Stadium pada Sabtu malam. Pertandingan pekan keenam ini bukan hanya sekadar pesta gol bagi The Citizens, tetapi juga mencerminkan dinamika taktis yang mendalam, di mana elemen keberuntungan berpadu dengan dominasi teknis. Kemenangan ini mengangkat City ke posisi ketiga klasemen sementara dengan 10 poin dari enam laga, sementara Burnley terperosok di urutan ke-17 dengan hanya empat poin, menandai tantangan berat bagi tim promosi tersebut untuk bertahan di kasta tertinggi.
Pertandingan ini, yang disiarkan secara global melalui platform streaming resmi liga, menyoroti kontras antara ambisi City sebagai juara bertahan dan perjuangan Burnley dalam adaptasi pasca-promosi. Dari perspektif akademis, laga ini dapat dilihat sebagai studi kasus tentang bagaimana kesalahan individu—seperti dua gol bunuh diri dari bek Maxime Esteve—dapat memperbesar celah kualitas antar tim. Esteve, yang baru bergabung dengan Burnley musim ini, menjadi korban utama dari pressing tinggi ala Pep Guardiola, yang telah menjadi ciri khas City sejak era kepemimpinannya.

Babak pertama dimulai dengan tempo tinggi, di mana City langsung menekan pertahanan Burnley. Gol pembuka tiba pada menit ke-12 melalui gol bunuh diri Esteve: sepakan Jeremy Doku yang ditepis kiper Martin Dubravka justru mengenai tubuh bek Prancis itu dan masuk ke gawang sendiri. Ini bukan hanya momen sial, tapi juga ilustrasi dari ketidaksiapan lini belakang Burnley menghadapi serangan cepat City. Namun, Burnley menunjukkan ketangguhan dengan menyamakan skor pada menit ke-38. Jaidon Anthony, winger lincah mereka, menyambar umpan silang mendatar dari Quilindschy Hartman untuk menaklukkan Gianluigi Donnarumma, kiper anyar City yang tampil solid meski kebobolan sekali. Skor 1-1 hingga turun minum menciptakan ilusi persaingan ketat, tapi data penguasaan bola (City 68% vs. Burnley 32%) sudah mengindikasikan dominasi tuan rumah.
Memasuki paruh kedua, City mengubah strategi dengan meningkatkan intensitas pressing dan rotasi posisi. Matheus Nunes, yang bermain sebagai bek kanan tapi sering maju, menjadi katalisator dengan gol voli indah pada menit ke-61 setelah menerima sundulan assist dari Erling Haaland. Gol ini bukan hanya estetis, tapi juga strategis, memanfaatkan ruang kosong di kotak penalti Burnley yang kerap terbuka akibat koordinasi buruk. Hanya empat menit kemudian, Esteve kembali menjadi sorotan negatif dengan gol bunuh diri kedua, saat ia gagal memotong umpan silang Nunes dengan tepat.
Puncak dominasi City datang dari brace Haaland di pengujung laga. Striker Norwegia itu mencetak gol keempat pada menit ke-90 melalui umpan Doku, diikuti gol kelima lewat aksi pressing brilian yang memanfaatkan kesalahan koordinasi antara Esteve dan Hjalmar Ekdal. Haaland, yang kini telah mencetak delapan gol di musim ini, menegaskan dirinya sebagai mesin gol utama City. Dari sudut pandang analitik, performa Haaland mencerminkan evolusi taktik City: transisi cepat dari bertahan ke menyerang, dengan rata-rata 2,5 gol per laga di Etihad.
Baca juga : Kekalahan Perdana Liverpool: Arne Slot Soroti Ketangguhan Crystal Palace dalam Dinamika Liga Inggris
Implikasi kemenangan ini melampaui poin semata. Bagi City, ini adalah momentum untuk mengejar pemuncak klasemen, dengan catatan pertahanan mereka yang hanya kebobolan empat gol dari enam laga. Sementara itu, Burnley menghadapi krisis identitas: empat poin dari enam pertandingan menunjukkan kelemahan struktural, terutama di lini belakang di mana Esteve dan Ekdal sering kali terlihat tidak sinkron. Pelatih Burnley, yang baru diangkat musim ini, perlu merevisi pendekatan defensif mereka untuk menghindari degradasi dini.
Dalam konteks lebih luas, pertandingan ini menggarisbawahi tren Premier League 2025/26: kesenjangan antara klub elite dan tim menengah bawah semakin lebar, dipengaruhi oleh faktor finansial dan akuisisi pemain. City, dengan skuad berlapis seperti pengganti Nathan Ake dan Bernardo Silva, menunjukkan kedalaman yang sulit ditandingi. Bagi penggemar dan analis, laga ini adalah pengingat bahwa sepak bola bukan hanya tentang skill individu, tapi juga tentang sistem yang matang.
Susunan Pemain Manchester City: Gianluigi Donnarumma di gawang; Nico O’Reilly (digantikan Nico Lewis pada menit ke-83) di bek kanan, Josko Gvardiol (digantikan Nathan Ake pada menit ke-70) dan Ruben Dias di bek tengah, Matheus Nunes di bek kiri; Nico Gonzalez sebagai gelandang bertahan; Jeremy Doku, Phil Foden, Tijjani Reijnders (digantikan Bernardo Silva pada menit ke-83), dan Savinho (digantikan Oscar Bobb pada menit ke-62) di lini tengah; Erling Haaland sebagai penyerang tunggal.
Susunan Pemain Burnley: Martin Dubravka di gawang; Quilindschy Hartman (digantikan Bashir Humphreys pada menit ke-88) di bek kiri, Maxime Esteve dan Hjalmar Ekdal di bek tengah, Josh Laurent di bek kanan, Kyle Walker sebagai bek tambahan; Jaidon Anthony (digantikan Hannibal Mejbri pada menit ke-88), Florentino Luis, Josh Cullen (digantikan Lesley Ugochukwu pada menit ke-79), Loum Tchaouna (digantikan Jacob Bruun Larsen pada menit ke-62) di lini tengah; Lyle Foster (digantikan Armando Broja pada menit ke-80) sebagai penyerang.
Pewarta : Vie
