
RI News Portal. Wonogiri – Kepolisian Resor (Polres) Wonogiri menggelar upacara persemayaman dan pemakaman secara dinas sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Almarhum AIPTU Aris Rudiyanto, S.H., M.H., anggota Bintara Administrasi (BA) Sidokkes Polres Sukoharjo yang wafat karena sakit. Upacara berlangsung pada Minggu (27/7/2025) di kediaman duka, Dusun Bakalan, Desa Mlokomanis Wetan, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri.
Upacara tersebut merupakan bentuk penghargaan institusional terhadap pengabdian almarhum selama berdinas di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam tradisi kepolisian, prosesi semacam ini tidak hanya menjadi bagian dari protokol kehormatan, melainkan juga cerminan dari solidaritas korps dan penghargaan atas jasa anggota dalam menjalankan tugas negara.
Rangkaian upacara dimulai dengan prosesi militer, melibatkan puluhan personel dari Polres Wonogiri dan Polres Sukoharjo yang memberikan penghormatan terakhir. Rekan-rekan sejawat almarhum, kerabat, dan masyarakat setempat turut hadir dalam suasana yang penuh haru dan penghormatan.

Sebagai Inspektur Upacara, Kompol Pariastutik, S.H., menyampaikan rasa duka yang mendalam dan mengajak seluruh hadirin untuk mengenang pengabdian almarhum sebagai wujud teladan bagi personel kepolisian lainnya.
Dalam sambutan yang mewakili Kapolres Wonogiri, AKBP Jarot Sungkowo, S.H., S.I.K., M.H., Kapolsek Ngadirojo, AKP Pujoyono, menyampaikan:
“Kami sangat kehilangan atas berpulangnya almarhum. Semoga arwah beliau diberikan tempat terbaik di sisi-Nya dan diampuni segala dosa-dosanya. Kepada keluarga yang ditinggalkan, kami doakan diberi ketabahan dan keikhlasan dalam menghadapi cobaan ini.”
Kehadiran dan keterlibatan penuh jajaran kepolisian dalam upacara ini mencerminkan nilai-nilai fundamental dalam institusi Polri: penghormatan, pengabdian, dan solidaritas. Almarhum AIPTU Aris Rudiyanto, yang dikenal berdedikasi dalam tugas medis kepolisian, menjadi simbol dari profesionalisme yang tidak hanya bersifat teknis, namun juga humanistik.
Secara sosiologis, upacara ini juga memperlihatkan relasi yang kuat antara institusi negara dan masyarakat dalam bingkai nilai kultural Jawa: gotong royong, penghormatan kepada sesama, serta keteguhan dalam menghadapi duka. Kehadiran masyarakat setempat yang ikut memberikan penghormatan menggarisbawahi posisi strategis Polri sebagai bagian dari struktur sosial komunitas.
Bagi pemerintah daerah dan aktor kebijakan publik, momen seperti ini menjadi refleksi penting tentang perlunya dukungan sistemik terhadap kesejahteraan dan kesehatan anggota kepolisian, termasuk pada masa menjelang purna tugas atau masa pengabdian panjang. Penguatan sistem layanan kesehatan internal Polri (seperti Sidokkes) dan kerja sama lintas sektor dengan layanan kesehatan umum perlu terus didorong.
Selain itu, dukungan psikososial terhadap keluarga yang ditinggalkan juga menjadi bagian integral dari fungsi negara yang berkeadilan dan berperikemanusiaan.
Pewarta : Nandang Bramantyo
