
RI News Portal. Melawi, Kalimantan Barat – Surutnya debit Sungai Melawi yang memunculkan hamparan pasir timbul di kawasan antara Desa Sidomulyo dan Tanjung Niaga, Kabupaten Melawi, telah menarik perhatian masyarakat. Fenomena geografis ini secara tidak terduga menjelma menjadi destinasi wisata dadakan yang ramai dikunjungi, khususnya pada sore hingga petang hari.
Secara geografis, kemunculan pasir timbul dapat dijelaskan sebagai bagian dari proses sedimentasi alami yang terjadi pada sungai berarus tenang atau yang mengalami penurunan debit air secara musiman. Menurut ahli geomorfologi, pembentukan delta atau endapan pasir seperti ini merupakan indikasi dari perubahan pola aliran dan distribusi sedimen sungai. Jika dikelola dengan baik, fenomena ini dapat memberikan nilai tambah dalam konteks ekonomi lokal melalui sektor pariwisata berbasis alam (ecotourism).

Munculnya pasir timbul ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai ruang rekreasi spontan: anak-anak bermain pasir, remaja berolahraga seperti voli pantai atau sepak bola, dan keluarga bersantai menikmati pemandangan sungai. Meski bersifat temporer, keberadaan objek ini membuka diskursus mengenai potensi wisata berbasis fenomena geografis musiman.
Namun, dari sisi keilmuan dan tata kelola wilayah, pemerintah daerah perlu memetakan dampak ekologis dan keselamatan pengunjung. Air sungai yang surut bisa menjadi indikator perubahan iklim mikro, berkurangnya resapan air di daerah hulu, atau meningkatnya aktivitas eksploitasi lahan di daerah tangkapan air (catchment area). Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai dinamika hidrologi Sungai Melawi sebagai bagian dari sistem DAS (Daerah Aliran Sungai).
Baca juga : Reses Anggota DPRD di Pesisir Selatan: Serap Aspirasi dan Tegaskan Komitmen Atasi Kenakalan Remaja
- Studi Geospasial dan Hidrologi
Pemerintah daerah melalui dinas terkait (Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, dan BPBD) disarankan melakukan kajian geospasial terhadap pola sedimentasi dan perubahan aliran sungai. Hal ini penting sebagai dasar mitigasi bencana banjir maupun kekeringan di masa mendatang. - Pengembangan Wisata Musiman yang Aman dan Berkelanjutan
Lokasi pasir timbul dapat dijadikan zona wisata musiman berbasis komunitas dengan pendekatan partisipatif. Penataan area, pengawasan keselamatan, dan edukasi lingkungan kepada pengunjung harus menjadi prioritas, termasuk pelibatan Karang Taruna dan perangkat desa setempat. - Edukasi dan Partisipasi Masyarakat
Kesadaran masyarakat mengenai fungsi ekologis sungai, risiko erosi, serta pentingnya pengelolaan sampah dan kebersihan harus ditingkatkan. Pasir timbul dapat menjadi laboratorium alam untuk pembelajaran lingkungan hidup di tingkat lokal.
Fenomena pasir timbul di Sungai Melawi bukan sekadar objek wisata dadakan, tetapi cerminan dari dinamika geografis dan ekologis yang perlu disikapi dengan pendekatan ilmiah dan kebijakan partisipatif. Dengan kolaborasi antara pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat, potensi ini dapat dikembangkan secara bijak tanpa mengabaikan aspek lingkungan dan keselamatan publik.
Pewarta : Lisa Susanti
