
RI News Portal. Bekasi, Jawa Barat – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, menyampaikan apresiasi tinggi kepada anak-anak di kampung pemulung Ciketing Udik, Bantar Gebang, Bekasi, yang dinilainya sebagai generasi tangguh dengan semangat juang luar biasa.
“Mereka anak-anak yang hebat. Pasti perjuangannya berbeda dengan anak-anak yang tanpa tantangan seperti ini,” ujar Menteri PPPA saat mengunjungi SD Dinamika Indonesia, Kamis (17/7). Menurut Arifah, meski hidup dalam keterbatasan, anak-anak tersebut tetap memiliki cita-cita besar menjadi pemimpin bangsa di masa depan.
“Ini adalah generasi masa depan yang harus kita dukung. Mereka akan menjadi pemimpin yang akan datang di tahun 2045. Saya lihat tadi banyak yang mau jadi tentara, polisi, bahkan presiden. Padahal presiden hanya satu di Indonesia, tetapi semangat mereka luar biasa,” ungkapnya.

Selain memuji keteguhan anak-anak, Menteri PPPA juga menekankan peran strategis keluarga, pendidik, dan lingkungan sosial dalam mendukung pendidikan anak. “Yang hebat adalah orang tuanya, para pendidiknya, masyarakatnya. Karena untuk mendidik anak untuk masa depan, tidak bisa dilakukan sendiri. Harus keluarga, sekolah, dan lingkungan bersama-sama,” kata Arifah.
Sebagai bentuk dukungan nyata, Kementerian PPPA menyerahkan sejumlah bantuan, di antaranya 300 kg ikan segar dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, 300 paket perlengkapan sekolah, dan uang senilai Rp150 ribu per anak yang disalurkan melalui Baznas untuk 300 siswa SD Dinamika Indonesia.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program Jelajah Sapa, rangkaian acara menjelang peringatan Hari Anak Nasional (HAN) ke-41 tahun 2025. Dalam program ini, Menteri PPPA menyapa langsung anak-anak di berbagai lokasi. Setelah Bantar Gebang, ia melanjutkan kunjungan ke Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Tangerang dan LPKA Kelas II Jakarta, serta panti asuhan di Pandeglang, Banten, pada Jumat (18/7). Sebelumnya, Menteri Arifah juga melakukan Jelajah Sapa di Magelang dengan mengajak anak-anak sekolah mengunjungi Candi Borobudur (12/7).
Baca juga : Pemkot Tangerang Siapkan Kolam Retensi di Uwung Jaya-Jatiuwung untuk Atasi Banjir Tol Tangerang-Merak
Kunjungan ini menegaskan pentingnya pendekatan inklusif dalam perlindungan anak, khususnya bagi kelompok yang berada dalam kondisi sosial-ekonomi rentan. Perspektif kebijakan publik menyoroti bagaimana sinergi antarinstansi, seperti Kementerian PPPA, KKP, dan Baznas, dapat meningkatkan akses sumber daya dan memperkuat perlindungan anak.
Secara psikososial, pengakuan terhadap ketangguhan anak-anak pemulung berfungsi sebagai bentuk penguatan (empowerment), yang esensial dalam teori resiliensi anak. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, yang mewajibkan negara, keluarga, dan masyarakat berkolaborasi untuk menjamin pemenuhan hak anak, termasuk hak atas pendidikan dan kesejahteraan.
Selain itu, program Jelajah Sapa dapat dilihat sebagai model intervensi sosial berbasis partisipasi, di mana anak-anak tidak hanya menjadi objek penerima bantuan, tetapi juga subjek yang dihargai aspirasinya. Pendekatan ini sejalan dengan agenda Indonesia Emas 2045, yang menekankan pembangunan kualitas SDM melalui dukungan holistik terhadap anak sebagai generasi penerus.
Pewarta : Ayub Rohim
