
RI News Portal. Wonogiri, 3 Juli 2025 — Suasana formal dalam kunjungan kerja Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), ke Waduk Pidekso, Wonogiri, mendadak berubah menjadi panggung spontan budaya rakyat. Hal ini dipicu aksi seorang petani bernama Tukino Tekel, yang tiba-tiba melontarkan pantun Jawa berbalut geguritan khas, memecah kekakuan dengan guyonan bernuansa lokal.
Pantun tersebut berbunyi:
“Paijo Paiman – Ora kerjo ora mangan,
Kupat januré tuo – Wonten lepat nyuwun pangapuro.”
Sontak pantun ini memicu gelak tawa dan tepuk tangan para hadirin, termasuk AHY sendiri yang tampak tersenyum lepas menikmati ekspresi budaya spontan tersebut. Namun di balik kelakar budaya ini, tersimpan pesan serius yang kemudian dilontarkan Tukino: permintaan agar pembangunan irigasi Waduk Pidekso diteruskan sampai langsung ke areal sawah petani, agar distribusi air lebih merata dan mendukung produktivitas pertanian.

Permintaan serupa datang dari petani lain, Dwiyanto, yang menekankan perlunya percepatan pembangunan jaringan irigasi agar petani bisa panen tiga kali setahun, bukan sekadar dua kali seperti kondisi saat ini. Dwiyanto menilai bahwa keberadaan Waduk Pidekso sudah cukup menjamin suplai air, bahkan di musim kemarau, tetapi saluran sekunder dan tersier masih memerlukan penguatan dan sentuhan teknis di lapangan.
Menanggapi aspirasi masyarakat petani, AHY menyampaikan beberapa langkah konkret pemerintah, antara lain:
- Peningkatan kualitas jalan aspal yang rusak di sekitar wilayah waduk
- Percepatan penyelesaian jaringan irigasi hingga mencapai 35 persen pada tahun 2025
- Penyediaan sumur pantek dan sumur bor bagi petani yang belum terjangkau jaringan irigasi primer
- Pembangunan infrastruktur penunjang di kiri dan kanan waduk sepanjang 33 kilometer
AHY menegaskan, Waduk Pidekso menjadi prioritas strategis nasional karena memenuhi empat fungsi vital pembangunan wilayah:
- Ketahanan pangan, dengan target pengairan mencakup 136 hektare sawah produktif.
- Ketahanan air bersih, khususnya bagi rumah tangga di tiga kecamatan sekitar (Giriwoyo, Baturetno, Eromoko) yang selama ini menghadapi defisit air bersih pada musim kemarau.
- Pengendalian banjir, karena kawasan ini sebelumnya rawan genangan yang merugikan penduduk dan lahan pertanian.
- Pengembangan pariwisata, dengan potensi destinasi berbasis waduk (camping ground, jogging track, ekowisata air) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
“Kita bukan hanya membangun beton, tetapi membangun harapan dan kesejahteraan rakyat,” tegas AHY dengan nada optimistis yang memadukan gaya kepemimpinan militer dengan pendekatan kerakyatan.
Lebih jauh, Menko AHY menekankan pentingnya sinergi lintas sektor antara pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota, demi memastikan implementasi pembangunan berjalan efektif, efisien, dan tepat sasaran. Koordinasi yang solid diharapkan dapat mengakselerasi penyelesaian proyek-proyek strategis, sehingga masyarakat Wonogiri dapat menikmati manfaat nyata dari program pembangunan ini dalam waktu dekat.
Fenomena “Stand Up Petani” ala Tukino Tekel di sela kunjungan pejabat tinggi negara menunjukkan bagaimana ruang partisipasi publik dapat terbuka melalui ekspresi budaya rakyat. Pantun dan geguritan bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi medium advokasi yang relevan dan humanis untuk menyuarakan kepentingan petani kecil dalam diskursus pembangunan infrastruktur.
Dengan demikian, kunjungan ini bukan hanya menjadi momentum seremonial, melainkan juga refleksi sosial tentang perlunya memastikan pembangunan berpusat pada kebutuhan masyarakat, terutama kelompok petani sebagai aktor vital dalam ketahanan pangan nasional.
Pewarta : Hari Sutopo
