
RI News Portal. Jakarta 3 Juli 2025 — Ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah, khususnya pasca memanasnya konflik antara Iran dan Israel, telah menimbulkan kekhawatiran global mengenai keamanan distribusi energi, terutama minyak mentah. Namun demikian, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menegaskan bahwa ketersediaan minyak mentah maupun bahan bakar minyak (BBM) untuk kebutuhan nasional tetap berada dalam kondisi aman, meskipun terdapat ancaman penutupan Selat Hormuz oleh otoritas Iran.
“Kami konteksnya memastikan supaya ketersediaan crude impor (impor minyak mentah) dan BBM terjamin. Pertamina sekarang sudah punya jalur-jalur yang lain kalau Selat Hormuz ditutup,” ujar Dadan Kusdiana dalam pernyataannya di Jakarta, Kamis (26/6).
Kementerian ESDM, lanjut Dadan, terus berkoordinasi intensif dengan PT Pertamina (Persero) guna menjamin ketahanan pasokan energi nasional. Ia mengungkapkan bahwa berbagai simulasi terkait skenario penutupan Selat Hormuz sudah disiapkan, termasuk alternatif jalur distribusi minyak mentah. “Kalau ini (Selat Hormuz) ditutup, jadi bagaimana, itu sudah ada simulasinya,” imbuhnya.

Sebagai langkah antisipasi, PT Pertamina (Persero) sendiri telah menyiapkan rute alternatif distribusi minyak mentah, di antaranya melalui jalur pasokan dari Oman dan India. Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menyatakan bahwa penutupan Selat Hormuz memang memiliki potensi mengganggu distribusi global, mengingat sekitar 20 persen pelayaran minyak mentah dunia melewati kawasan strategis tersebut.
“Kami terus memantau dinamika geopolitik dan memastikan bahwa stok minyak mentah di dalam negeri berada pada level yang aman,” terang Fadjar.
Konflik Iran-Israel yang memicu eskalasi ini terjadi sejak Jumat (13/6), ketika Israel meluncurkan serangan udara ke sejumlah fasilitas militer dan nuklir di Iran. Aksi Israel tersebut kemudian direspons oleh Teheran dengan serangan balasan ke beberapa titik strategis di wilayah Israel pada hari yang sama.
Baca juga : Jakarta X Beauty 2025: Sinergi Pemerintah DKI dan Industri Kreatif Dorong Ekonomi Lokal
Ketegangan semakin meningkat setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump, pada Minggu (22/6), mengumumkan bahwa militer AS telah menghantam tiga fasilitas nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Isfahan. Parlemen Republik Islam Iran lantas merespons serangan itu dengan menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz bagi seluruh lalu lintas pelayaran, sebuah langkah yang berpotensi memicu gangguan serius pada rantai pasok minyak global.
Secara geografis, Selat Hormuz merupakan selat sempit yang menghubungkan Teluk Oman dan Teluk Persia, sekaligus menjadi satu-satunya jalur ekspor minyak dari kawasan Teluk Persia ke pasar global. Blokade di wilayah ini dapat berdampak luas pada stabilitas harga energi, terutama bagi negara-negara pengimpor minyak mentah seperti Indonesia.
Dalam perspektif kebijakan energi nasional, pernyataan Kementerian ESDM menegaskan pentingnya diversifikasi jalur dan sumber pasokan minyak mentah guna meminimalkan risiko ketergantungan pada satu lintasan geopolitik tertentu. Dengan demikian, ketahanan energi nasional dapat dijaga meskipun terjadi eskalasi konflik internasional yang mengancam jalur distribusi energi global.
Pewarta : Vie
