
RI News Portal. Serang 3 Juli 2025 — Cuaca ekstrem yang melanda Kota Serang dalam beberapa waktu terakhir tidak hanya meningkatkan potensi pohon tumbang, tetapi juga memicu risiko banjir di kawasan perkotaan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Serang mencatat bahwa salah satu faktor utama penyebab banjir yang berulang ialah sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan ke sungai atau saluran drainase perkotaan.
Sekretaris Pelaksana BPBD Kota Serang, Heri Sumbara, menyebut persoalan sampah menjadi pekerjaan rumah (PR) yang belum kunjung terselesaikan. Padahal, potensi banjir perkotaan di Kota Serang cenderung meningkat seiring tingginya curah hujan ekstrem yang dipengaruhi pola perubahan iklim regional.
“Sampah ini masih menjadi PR bersama. Banyak masyarakat yang masih buang sampah sembarangan di sungai atau kali kecil. Padahal ini penyumbang banjir terbesar selain penyempitan aliran air,” ujar Heri.
Menurut Heri, tumpukan sampah yang menyumbat saluran air akan menyebabkan aliran air terganggu. Akibatnya, ketika hujan deras turun, debit air tidak tertampung dan akhirnya meluap ke pemukiman warga. Hal ini diperparah oleh keberadaan bangunan liar di bantaran sungai yang mempersempit ruang aliran air, memperbesar kerentanan banjir.

Kajian kebencanaan menunjukkan bahwa banjir perkotaan (urban flooding) memiliki keterkaitan erat dengan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah. Berbagai riset akademik juga menegaskan bahwa keberhasilan mitigasi banjir tidak hanya bergantung pada pembangunan infrastruktur drainase, tetapi juga memerlukan perbaikan perilaku masyarakat dalam membuang sampah.
Untuk menjawab tantangan tersebut, BPBD Kota Serang menggalang program partisipatif melalui Kelurahan Tangguh Bencana (KTB). Hingga kini, tercatat sudah terbentuk KTB di 34 kelurahan dari total 67 kelurahan di wilayah administrasi Kota Serang. Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi risiko bencana, termasuk banjir.
BPBD Kota Serang berharap ke depan tercipta kolaborasi aktif antara masyarakat, pemerintah daerah, dan sektor usaha untuk menekan persoalan sampah. Kolaborasi lintas sektor ini dinilai penting agar risiko banjir sebagai dampak cuaca ekstrem dapat diminimalisasi secara berkelanjutan.
Pendekatan integratif berbasis komunitas, sebagaimana diusung dalam program KTB, menjadi kunci penguatan ketangguhan bencana perkotaan. Dengan demikian, Kota Serang diharapkan tidak hanya merespons bencana secara reaktif, tetapi juga membangun sistem pencegahan yang adaptif, berkelanjutan, dan berbasis perubahan perilaku masyarakat.
Pewarta : Ayub
