
RI News Portal. Sanaa, Yaman – Sebuah serangan udara yang diduga dilancarkan oleh militer Israel mengguncang kawasan selatan ibu kota Sanaa pada Sabtu malam (14/6), menargetkan sebuah rumah yang disebut menjadi lokasi pertemuan rahasia para pemimpin senior kelompok Houthi. Serangan ini memicu eskalasi baru dalam konflik regional yang semakin dipicu oleh ketegangan Israel-Hamas dan dukungan milisi transnasional terhadap Palestina.
Menurut informasi dari sumber yang memiliki kedekatan dengan kelompok Houthi, rumah yang menjadi sasaran dihuni oleh tingkat keamanan tinggi. Ambulans dan kendaraan medis dilaporkan segera merapat ke lokasi begitu ledakan terjadi. Sejumlah warga di sekitar lokasi melaporkan kepada kantor berita Tiongkok, Xinhua, bahwa mereka menyaksikan sedikitnya 10 jenazah hangus di tempat kejadian.
Sumber media lokal anti-Houthi di media sosial mengklaim bahwa pertemuan rahasia tersebut dipimpin langsung oleh Mahdi al-Mashat (Kepala Dewan Politik Tertinggi Houthi) dan Abdulkarim al-Gumari (Kepala Staf Militer Houthi). Bahkan, beberapa laporan menyebut kehadiran tokoh sentral Houthi lainnya seperti Abdul-Malik al-Houthi, Mohammed Ali al-Houthi, serta Abu Ali al-Hakim (kepala intelijen militer Houthi).

Hingga berita ini disusun, pihak Houthi belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait serangan tersebut, termasuk soal jumlah korban maupun identitas yang tewas atau selamat.
Kelompok Houthi, yang dikenal secara resmi sebagai Ansar Allah, telah menjadi aktor non-negara dominan di wilayah utara Yaman sejak mereka merebut Sanaa pada 2014. Dukungan politik dan militer dari Iran terhadap Houthi telah lama menjadi perhatian utama dalam konflik Yaman, serta menjadikan kelompok ini sebagai bagian dari jaringan perlawanan anti-Israel di Timur Tengah, khususnya dalam konteks yang semakin terpolar dalam konflik Israel-Palestina.
Sejak meletusnya kembali perang di Gaza antara Israel dan Hamas pada Oktober 2023, kelompok Houthi secara terbuka menyatakan solidaritas terhadap rakyat Palestina dan meluncurkan berbagai serangan rudal serta drone ke arah Israel. Houthi juga mengecam keras serangan Israel terhadap Iran pada awal 2025, yang dianggap sebagai eskalasi regional terhadap Poros Resistensi (Axis of Resistance).
Serangan udara pada 14 Juni ini dipandang sejumlah analis sebagai langkah preventif atau ofensif Israel untuk memotong jalur koordinasi strategis antara para pemimpin milisi Houthi, yang semakin vokal menyuarakan tekad memperluas kampanye militer ke luar Yaman.
Baca juga : Zelenskyy Desak Trump Pertimbangkan Ulang Pemangkasan Bantuan Militer AS: Implikasi Strategis dan Geopolitik
Secara hukum internasional, tindakan Israel melakukan serangan udara lintas batas ke wilayah Yaman dapat menimbulkan perdebatan sengit dalam forum-forum seperti Dewan Keamanan PBB. Meskipun Israel belum mengkonfirmasi secara resmi keterlibatannya, prinsip kedaulatan negara dan larangan penggunaan kekuatan lintas wilayah tetap menjadi landasan utama Piagam PBB (Pasal 2 Ayat 4).
Namun demikian, Israel dapat mengklaim jus ad bellum (hak untuk berperang) jika serangan itu dilandasi oleh prinsip pembelaan diri atas ancaman nyata dan langsung dari serangan Houthi sebelumnya. Hal ini, seperti dalam kasus doktrin anticipatory self-defense, akan bergantung pada pembuktian adanya ancaman iminen yang tidak dapat dicegah kecuali melalui kekuatan militer.
Dalam sudut pandang politik regional, serangan ini mengindikasikan meningkatnya risiko konfrontasi terbuka antara Israel dan aktor-aktor non-negara yang berada di bawah pengaruh Iran, sekaligus membuka kemungkinan eskalasi horizontal yang melibatkan Lebanon (Hizbullah), Irak (milisi Syiah), dan Suriah.

Serangan udara Israel yang menargetkan pusat pertemuan elit Houthi di Sanaa menandai fase baru dalam konflik Timur Tengah pasca-2023. Kejadian ini mengukuhkan bahwa perang di Gaza telah meluas menjadi perang regional yang melibatkan banyak aktor, baik negara maupun non-negara.
Jika benar bahwa tokoh-tokoh penting Houthi tewas dalam serangan ini, maka akan muncul dinamika baru dalam struktur komando militer mereka, dan bisa memicu balasan eskalatif terhadap kepentingan Israel maupun sekutunya di Laut Merah atau Teluk Aden.
Dalam konteks jurnalisme akademis, peristiwa ini menggarisbawahi pentingnya analisis interdisipliner – antara kajian konflik, hukum humaniter internasional, dan geopolitik regional – untuk memahami perkembangan perang modern yang melibatkan teknologi militer canggih, aktor asimetris, dan narasi ideologis transnasional.
Pewarta : Setiawan S.TH

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal
#teman, #all, #wartawan, #berita