
RI News Portal. Medan, Sumatera Utara – Tembakau Deli, komoditas perkebunan yang telah menorehkan sejarah panjang sejak era kolonial, kembali menjadi sorotan kalangan akademisi. Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Medan (Unimed), Prof. Dr. Phil Ichwan Azhari, MS, menyerukan pentingnya pelestarian tembakau Deli sebagai warisan sejarah agraria dan budaya Sumatera Utara.
Dalam kegiatan kuliah lapangan yang melibatkan sekitar 50 mahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unimed di Kebun Helvetia, Deli Serdang, Prof. Ichwan menegaskan bahwa keberadaan tembakau Deli tidak semata bernilai ekonomi, tetapi juga merepresentasikan lanskap sejarah kolonialisme, pertanian tropis, dan identitas regional.
“Tembakau Deli harus terus dipertahankan sebagai warisan sejarah. Ia adalah bukti hidup sejarah sosial-ekonomi di Sumatera yang tidak boleh punah,” ujar Prof. Ichwan, Senin (9/6).
Kuliah lapangan tersebut merupakan bagian dari upaya memperkenalkan secara langsung kepada mahasiswa generasi 2000-an mengenai pentingnya tanaman khas ini, yang dahulu menjadi primadona ekspor Hindia Belanda. Para mahasiswa tidak hanya belajar tentang teknis pertanian, tetapi juga menganalisis peran tembakau Deli dalam pembentukan struktur sosial dan ekonomi kolonial di Sumatera Timur.

Prof. Ichwan mengapresiasi keterbukaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) 1 Regional 1 dalam memfasilitasi kegiatan edukatif tersebut. Ia juga mengusulkan agar ke depan dibentuk ajang atau festival tembakau Deli sebagai wahana edukasi publik dan pelestarian kultural.
Manager Unit Tanaman Tembakau PTPN 1 Regional 1, Hendri Hutabarat, mengungkapkan bahwa pada musim tanam 2025, tembakau Deli ditanam di lahan seluas 20 hektare di Kebun Helvetia. Dari luas tersebut, ditargetkan dapat diproduksi sekitar 14 ton daun tembakau kering berkualitas ekspor.
Produksi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama seluas 10 hektare telah selesai dipanen dan memasuki proses fermentasi di Gudang Sortasi Desa Tandem, Kecamatan Hamparan Perak. Sementara tahap kedua sedang memasuki usia tanaman 25 hari dan diperkirakan panen dalam dua pekan ke depan.
“Tembakau Deli ini merupakan tanaman tropis istimewa yang telah dikembangkan sejak 1863. Hingga kini, kualitasnya masih menjadi standar industri cerutu premium dunia,” ujar Hendri.
Meski tidak seluas masa kejayaannya pada awal abad ke-20, PTPN 1 tetap berkomitmen membudidayakan tembakau Deli dengan pendekatan hilirisasi, yakni mengolahnya menjadi produk cerutu bernilai tambah.
Baca juga : Ledakan Misterius Gegerkan Warga Sidorejo, Diduga Petasan Balon Udara
Selain nilai ekonomi, kawasan perkebunan ini juga dinilai berpotensi dikembangkan sebagai objek wisata agro sekaligus situs edukatif sejarah industri perkebunan kolonial. Kebun Helvetia menyimpan jejak kolonial yang panjang, mulai dari struktur kepemilikan lahan, sistem buruh kontrak, hingga perubahan sosial masyarakat lokal yang terlibat dalam industri tembakau ekspor.
Prof. Ichwan menilai, integrasi antara edukasi sejarah dan pertanian dapat menjadi model pembelajaran lintas disiplin yang menarik. “Kebun Helvetia bukan hanya situs agraris, tetapi juga laboratorium sejarah hidup,” tegasnya.
Seruan pelestarian tembakau Deli bukanlah semata soal menjaga komoditas, melainkan juga menjaga memori kolektif. Di tengah arus modernisasi dan komersialisasi, penting bagi negara dan institusi pendidikan untuk melestarikan warisan sejarah lokal yang membentuk identitas bangsa. Tembakau Deli bukan hanya daun yang mengering, tetapi lembaran sejarah yang hidup dan menunggu untuk dibaca ulang oleh generasi baru.
Pewarta : Adi Tanjoeng

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal
#teman, #all, #wartawan, #berita
Salam satu pena