
RI News Portal. Damaskus, Suriah 05 Juni 2025 — Pemerintah baru Suriah menyatakan kesediaannya memberikan akses penuh kepada inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memeriksa bekas fasilitas nuklir yang selama ini dicurigai sebagai bagian dari program senjata nuklir rahasia. Langkah ini diumumkan oleh Direktur Jenderal IAEA, Rafael Mariano Grossi, dalam wawancara eksklusif dengan Associated Press pada Rabu (4/6).
Grossi, yang berada di Damaskus untuk bertemu Presiden Ahmad al-Sharaa dan sejumlah pejabat tinggi, menyambut positif sikap terbuka rezim baru tersebut. “Pemerintah baru berkomitmen untuk membuka diri kepada dunia dan menjalin kerja sama internasional,” ujarnya.
IAEA menyatakan fokus utama mereka adalah mengungkap aktivitas nuklir yang dilakukan rezim sebelumnya di bawah Bashar Assad. Suriah di masa Assad diduga membangun reaktor nuklir secara diam-diam di Deir el-Zour, wilayah timur negara itu, dengan bantuan Korea Utara. Reaktor tersebut dihancurkan oleh serangan udara Israel pada 2007. Sejak itu, Suriah tidak pernah memberikan penjelasan penuh kepada IAEA.

Grossi mengatakan, para inspektur akan mengunjungi kembali lokasi reaktor yang dihancurkan serta tiga situs lain yang terkait. Mereka juga akan memeriksa reaktor mini di Damaskus dan fasilitas pengolahan uranium di Homs. Meski belum ditemukan indikasi kebocoran radiasi, IAEA mengkhawatirkan potensi penyelundupan bahan nuklir yang pernah diperkaya.
Presiden al-Sharaa disebut tertarik untuk menjajaki pemanfaatan energi nuklir sipil di masa depan. “Presiden menyatakan minatnya, dan kami siap mendukung dengan teknologi kedokteran nuklir dan rekonstruksi infrastruktur kesehatan,” kata Grossi. Perang saudara yang berlangsung hampir 14 tahun telah melumpuhkan sistem layanan kesehatan di Suriah.
Baca juga : Trump dan Putin Bahas Serangan Drone Ukraina, Zelenskyy Tolak Usulan Gencatan Senjata
Langkah ini menempatkan Suriah dalam jajaran negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, UEA, dan Yordania yang mulai mengembangkan energi nuklir untuk kebutuhan sipil. Suriah disebut mempertimbangkan penggunaan reaktor modular kecil yang lebih murah dan fleksibel dibanding reaktor besar konvensional.
Grossi juga menyinggung perkembangan negosiasi antara Iran dan Amerika Serikat terkait program nuklir Teheran. Ia menegaskan bahwa IAEA tidak terlibat langsung dalam perundingan, tetapi tetap menjadi lembaga yang akan menjamin verifikasi dan kepatuhan terhadap kesepakatan apa pun yang dicapai.
“Saya yakin kedua belah pihak serius ingin mencapai kesepakatan. Itu sudah merupakan modal besar dalam diplomasi,” katanya.
Dengan terbukanya akses inspeksi dan sinyal positif dari pemerintahan baru, langkah Suriah ini dinilai sebagai titik balik dalam hubungan negara tersebut dengan komunitas internasional di bidang nuklir.
Pewarta : Setiawan S.TH

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal