
RI News Portal. Bangkalan, 26 Mei 2025 — Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar, menyampaikan pesan strategis dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengenai urgensi kemandirian nasional dalam pembangunan. Dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren Syaichona Muhammad Cholil, Bangkalan, Jawa Timur, Muhaimin menekankan bahwa Indonesia hanya dapat menjadi negara maju apabila mampu berdiri di atas kaki sendiri, tanpa ketergantungan pada negara lain.
“Pak Presiden menyampaikan kepada saya, tidak ada jalan lain kecuali kita harus berdiri di atas kaki sendiri. Sistem ekonomi Indonesia harus dikelola dengan pola dan kecerdasan kita sendiri, tidak boleh bergantung kepada negara lainnya,” ungkap Muhaimin di hadapan para santri dan pengasuh pesantren.
Pernyataan ini menjadi pengantar peluncuran program strategis nasional Menuju Bangsa Gizi (MBG), yang menargetkan 82,9 juta penerima manfaat secara nasional, termasuk kalangan santri. Program MBG digagas sebagai instrumen pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kualitas gizi dan pendidikan, sebagai bagian dari strategi jangka panjang menuju Indonesia Emas 2045.

Dalam konteks tersebut, pemerintah juga meresmikan pembangunan 1.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di lingkungan pesantren. Kegiatan ini dilakukan oleh Muhaimin Iskandar bersama Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, sebagai bentuk intervensi struktural dalam peningkatan kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia berbasis komunitas religius.
“Seribu dapur ini bukan hanya memasak makanan, bukan hanya memasak lauk-lauk, tapi insya Allah seribu dapur ini memasak masa depan santri-santri Indonesia menjadi lebih baik dan lebih maju,” tutur Muhaimin.
Pembangunan infrastruktur gizi di pesantren menandai pendekatan baru dalam kebijakan sosial Indonesia: mengonsolidasikan lembaga pendidikan keagamaan sebagai pusat transformasi sosial-ekonomi berbasis kemandirian. Secara historis, pesantren telah memainkan peran signifikan dalam pendidikan informal, mobilisasi sosial, dan produksi nilai-nilai kebangsaan. Kini, peran itu diperluas menjadi agen pemenuhan gizi dan ketahanan pangan komunitas.
Baca juga : Prestasi Jafar/Felisha di Taiwan Open dan Kejuaraan Asia: Fondasi Regenerasi Ganda Campuran Indonesia
Dalam kerangka teori pembangunan berkelanjutan, langkah ini dapat dilihat sebagai praktik pemberdayaan berbasis institusi lokal, di mana negara memfasilitasi daya lenting masyarakat dengan pendekatan partisipatif. Gagasan “berdikari” yang diangkat Presiden Prabowo menegaskan arah pembangunan ekonomi-politik yang tidak hanya fokus pada pertumbuhan, tetapi juga pada otonomi strategis dalam penyediaan kebutuhan dasar rakyat.
Meski demikian, keberhasilan program MBG dan pembangunan SPPG memerlukan tata kelola yang efektif, dukungan lintas sektor, serta mekanisme pengawasan partisipatif dari masyarakat sipil dan lembaga keagamaan. Tanpa hal itu, ada risiko bahwa intervensi semacam ini hanya menjadi proyek simbolik yang tidak menyentuh akar persoalan kemiskinan gizi dan ketimpangan sosial.
Di sisi lain, jika dijalankan dengan konsisten dan berbasis data, program ini memiliki potensi untuk menjadi model replikasi nasional yang memperkuat relasi antara negara dan institusi keagamaan sebagai mitra strategis pembangunan.
Dengan demikian, pesan Presiden Prabowo yang disampaikan oleh Menko Muhaimin bukan hanya retorika politik, melainkan bisa menjadi fondasi pergeseran paradigma menuju Indonesia yang tidak sekadar mandiri secara ekonomi, tetapi juga bermartabat secara sosial dan berdaulat secara kultural.
Pewarta : ABD. Rohim Ghofar

#rinewsadvertaising, #iklanrinews, #ruangiklan, #terkinirinews,
#beritarinews, #viralrinews, #updaterinews, #inforinews,
#beritarepublikindonesia, #beritaindonesia, #republikindonesianews,
#indonesianews, #republicindonesianews, #republicindonesiannews,
#beritacepat, #beritabaru, #ri_news, #republikindonesiaportal, #pertalberitaindonesia,
#rinewsportal, #republikindonesiaportal, #republicindonesianewsportal, #republicindonesianportal